Tautan-tautan Akses

Sumber Intel Eropa: Rusia Buat Drone Kamikaze Baru Pakai Mesin China


Anggota unit penjinak ranjau polisi melepaskan hulu ledak dari drone kamikaze Rusia yang dijatuhkan oleh senjata perang elektronik di tengah serangan Rusia di Ukraina, menurut gambar selebaran yang dirilis pada 26 Januari 2024. (Foto: via Reuters)
Anggota unit penjinak ranjau polisi melepaskan hulu ledak dari drone kamikaze Rusia yang dijatuhkan oleh senjata perang elektronik di tengah serangan Rusia di Ukraina, menurut gambar selebaran yang dirilis pada 26 Januari 2024. (Foto: via Reuters)

Rusia dilaporkan telah memproduksi pesawat nirawak atau drone serang jarak jauh baru bernama Garpiya-A1 sejak tahun lalu, menggunakan mesin dan suku cadang asal China. Moskow disebut telah menggunakan drone tersebut dalam konflik di Ukraina, menurut dua sumber dari intelijen Eropa dan dokumen yang diperoleh Reuters.

Informasi intelijen menunjukkan bahwa IEMZ Kupol memproduksi lebih dari 2.500 unit Garpiya dari Juli 2023 hingga Juli 2024. IEMZ Kupol adalah anak perusahaan BUMN Rusia Almaz-Antey, yang bergerak di bidang produksi senjata.

Keberadaan drone Rusia baru yang menggunakan teknologi China belum pernah dilaporkan sebelumnya. IEMZ Kupol dan Almaz-Antey tidak menanggapi permintaan komentar.

Kedua sumber intelijen menyebutkan bahwa Garpiya digunakan untuk menyerang target militer dan sipil di Ukraina, menyebabkan kerusakan pada infrastruktur vital dan jatuhnya korban di kalangan sipil serta militer.

Garpiya sendiri artinya Harpy dalam bahasa Rusia, yaitu makhluk dalam mitologi Yunani yang berwujud setengah perempuan dan setengah burung.

Puing-puing pesawat nirawak bunuh diri (kamikaze) yang diduga buatan Iran, yang ditembak jatuh di kota Odessa, pada 25 September 2022. (Foto: AFP)
Puing-puing pesawat nirawak bunuh diri (kamikaze) yang diduga buatan Iran, yang ditembak jatuh di kota Odessa, pada 25 September 2022. (Foto: AFP)

Sumber-sumber tersebut menunjukkan kepada Reuters sejumlah gambar yang diklaim sebagai puing-puing Garpiya dari Ukraina, tetapi tanpa memberikan perincian tambahan. Reuters menemukan informasi yang mendukung klaim ini, meskipun tidak dapat memverifikasi gambar tersebut secara independen.

Samuel Bendett, peneliti senior di lembaga kajian, Center for a New American Security yang berbasis di Washington DC, mengatakan kepada Reuters bahwa jika Garpiya terkonfirmasi, hal tersebut akan menunjukkan adanya pergeseran ketergantungan Rusia yang semula hanya mengandalkan desain drone jarak jauh asal Iran.

"Jika hal ini benar, itu bisa menandakan bahwa Rusia kini lebih mengandalkan pengembangan domestik serta, tentunya, pada China, mengingat kedua pihak dalam konflik ini menggunakan banyak komponen dari China untuk produksi drone," ujarnya.

Iran, yang tidak memberikan komentar mengenai berita ini, menyuplai lebih dari seribu drone "kamikaze" Shahed ke Rusia sejak awal invasi pada Februari 2022, menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Mei.

Drone-drone tersebut digunakan untuk melemahkan pertahanan udara Ukraina dan menyerang infrastruktur yang terletak jauh dari garis depan. Iran selalu membantah keterlibatannya dalam pengiriman drone ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar untuk berita ini. Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa Beijing secara ketat mengontrol ekspor barang-barang dengan potensi aplikasi militer, termasuk pesawat nirawak.

"Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa dalam konteks krisis Ukraina, China selalu berkomitmen untuk mendorong dialog damai dan solusi politik," demikian bunyi pernyataan tersebut. Pernyataan itu juga menambahkan bahwa tidak ada batasan internasional terhadap perdagangan antara China dan Rusia.

Seruan NATO

Minggu lalu, Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, Jens Stoltenberg, meminta China untuk menghentikan dukungannya terhadap perang Rusia di Ukraina. Ia menegaskan bantuan Beijing menjadi faktor signifikan dalam kelanjutan konflik tersebut.

Badan Eropa tersebut menyatakan kepada Reuters bahwa fitur Garpiya "sangat mirip dengan Shahed," tetapi tetap memiliki beberapa perbedaan, termasuk sirip baut yang unik dan mesin Limbach L-550 E. Mesin tersebut, yang awalnya dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Jerman, kini diproduksi di China oleh perusahaan lokal, Xiamen Limbach.

Reuters meninjau kontrak senilai lebih dari 1 miliar rubel (sekitar lebih dari 170 miliar rupiah) yang ditandatangani pada kuartal pertama 2023 antara Kementerian Pertahanan Rusia dan Kupol, untuk pengembangan pabrik yang akan memproduksi drone tersebut.

Menurut keterangan perusahaan, prototipe Garpiya diluncurkan pada paruh pertama 2023. Produksi mencapai beberapa ratus unit pada paruh kedua 2023 dan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 2.000 unit pada paruh pertama 2024.

Bendett, seorang analis pertahanan, menyebutkan bahwa produksi 2.500 drone per tahun akan mewakili sebagian besar kapasitas produksi Rusia. Panglima militer tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengatakan pada bulan lalu bahwa Rusia menembakkan hampir 14.000 drone serang sejak invasi dimulai pada Februari 2022, termasuk drone Shahed buatan Iran serta drone Geran-2 dan Lancet buatan Rusia. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG