Sebuah bundel dokumen berisi informasi intelijen rahasia yang turut berkontribusi pada penilaian Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia berupaya mendukung kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden 2016, lenyap sejak akhir masa jabatan Trump. Hal itu diungkapkan sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Dokumen intelijen Rusia masuk ke dalam bundel dokumen yang Trump perintahkan badan intelijen AS (Central Intelligence Agency/CIA) untuk kirimkan ke Gedung Putih tepat sebelum dia meninggalkan jabatan. Dengan demikian Trump dapat mendeklasifikasikan atau menghilangkan status rahasia materi yang berkaitan dengan penyelidikan badan investigasi AS (Federal Bureau Intelligence/FBI) terkait campur tangan Rusia dalam Pemilu 2016, demikian diungkapkan oleh sumber yang diketahui masalah tersebut.
Bahan intelijen Rusia tersebut mencakup intelijen mentah yang bersifat sangat rahasia yang dikumpulkan oleh AS dan sekutu NATO. Hilangnya dokumen tersebut memicu kekhawatiran bahwa metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi itu bisa dikompromikan sebelumnya, tambah sumber tersebut.
Tim kampanye kepresidenan Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kantor Direktur Intelijen Nasional pada Januari 2017 merilis sebuah penilaian yang menemukan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemerintahannya melakukan kampanye disinformasi dan serangan siber untuk “membantu…….Trump terpilih” dengan mencemarkan nama pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Rusia membantah ikut campur tangan dalam pemilu AS.
Hilangnya kumpulan dokumen tersebut memicu kekhawatiran yang mendalam sehingga pemerintah pada tahun lalu menawarkan untuk memberikan informasi kepada Komite Intelijen Senat, dan mereka menyetujuinya, kata sumber tersebut.
CNN pertama kali melaporkan hilangnya bundel dokumen tersebut.
Dalam dokumen pengadilan federal yang diajukan pada Agustus oleh John Solomon, seorang jurnalis konservatif, dokumen yang tersimpan dalam sebuah bundel dokumen tersebut disebut memiliki ketebalan setebal 10 inci atau sekitar 25 cm. Trump menunjuk Solomon sebagai perwakilan yang diberi wewenang untuk mengakses catatan dari masa kepresidenannya di Arsip Nasional.
Dokumen pengadilan tersebut mengatakan bahwa Mark Meadows, yang menjabat sebagai kepala staf terakhir Trump, ikut terlibat dalam hilangnya binder tersebut. Ia bersama Solomon menyusun rencana yang akan dideklasifikasi oleh Trump.
Meadows tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dibuat melalui Conservative Partnership Institute, di mana dia adalah mitra seniornya.
Sumber tersebut mengatakan bahwa bundel dokumen tersebut berisi informasi lain terkait dengan penyelidikan "Badai Baku Tembak" atau “Crossfire Hurricane" FBI, termasuk materi tentang asal usul penyelidikan yang dikumpulkan oleh para pembantu Trump dan permohonan izin FBI untuk melakukan penyadapan tetapi gagal.
Bundel tersebut juga memuat teks pesan anti-Trump antara Peter Strzok dan Lisa Page, pejabat FBI yang terlibat dalam penyelidikan, kata sumber tersebut.
Banyak dari materi tersebut dianggap tidak sensitif, kata sumber tersebut.
Bundel dokumen itu tertutup dalam versi bundel dokumen yang sangat dirahasiakan yang di-deklasifikasi dan diposting dalam lima bagian di situs web FBI pada 2022.
Trump berkali-kali menyebut penyelidikan FBI sebagai kebohongan.
Dalam dokumen pengadilan federal Solomon yang dikirimkan pada Agustus, dikatakan bahwa tepat sebelum Trump meninggalkan jabatannya setelah dikalahkan oleh Presiden AS Joe Biden, Solomon diberi tahu oleh Meadows bahwa Trump bermaksud untuk memerintahkan deklasifikasi materi "Badai Baku Tembak"dalam bundel dokumen tersebut.
Dua hari sebelum masa jabatannya berakhir, dokumen tersebut mengatakan, Trump dan Meadows memberi tahu Solomon bahwa binder tersebut telah di-deklasifikasi. Pada 19 Januari, Meadows mengundang Solomon ke Gedung Putih untuk meninjau beberapa ratus halaman yang telah di-deklasifikasi dan membahas rilis publik materi tersebut, demikian kata dokumen tersebut.
Salinan diberikan kepada Solomon. Ketika dia mulai menyiapkan sebuah narasi untuk situs webnya, dilanjutkan, dia menerima telepon dari Gedung Putih meminta salinan dikembalikan ke penyuntingan tambahan.
“Meadows berjanji kepada Solomon bahwa dia akan menerima bundel dokumen yang telah direvisi,” kata dokumen itu. “Ini tidak pernah terjadi.”
Tidak ada jejak versi rahasia tersebut sejak saat itu. [ah/ft]
Forum