Tautan-tautan Akses

Studi: Antibodi Vaksin Sinopharm Lebih Lemah terhadap Varian Delta


Seorang pekerja medis menyiapkan botol vaksin COVID-19, Sinopharm China, kiri, Sputnik V, tengah, dan Pfizer di pusat vaksin, di pusat perbelanjaan Usce di Beograd, Serbia, Kamis, 6 Mei 2021. (Foto:(AP/Darko Vojinovic)
Seorang pekerja medis menyiapkan botol vaksin COVID-19, Sinopharm China, kiri, Sputnik V, tengah, dan Pfizer di pusat vaksin, di pusat perbelanjaan Usce di Beograd, Serbia, Kamis, 6 Mei 2021. (Foto:(AP/Darko Vojinovic)

Studi menyebut vaksin COVID-19 Sinopharm menimbulkan respons antibodi yang lebih lemah terhadap varian Delta. Hal tersebut berdasarkan studi pertama yang diterbitkan tentang pengaruhnya terhadap varian yang lebih menular.

Sebuah studi laboratorium berdasarkan sampel dari orang-orang di Sri Lanka menunjukkan tingkat antibodi pada orang yang menerima vaksin BBIBP-CorV Sinopharm memiliki pengurangan 1,38 kali lipat terhadap varian Delta dibandingkan versi asli virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan.

Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Sri Jayewardenepura serta Dewan Kota Kolombo di Sri Lanka, dan Universitas Oxford di Inggris.

Varian Delta pertama kali ditemukan di India akhir tahun lalu. Sejak itu, varian delta menjadi versi dominan virus di seluruh dunia dan berada di belakang lonjakan infeksi baru-baru ini yang dilaporkan di banyak negara termasuk Inggris, Indonesia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Varian tersebut telah terdeteksi di lebih dari 90 negara di seluruh dunia.

Studi yang dipublikasikan pada Senin (19/7) menunjukkan vaksin dari Sinopharm atau sebutan resminya China National Pharmaceutical Group, juga menunjukkan penurunan 10 kali lipat lebih jelas pada tingkat antibodi terhadap varian Beta, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

Para peneliti mengatakan mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat antibodi terhadap dua varian dari serum darah orang yang divaksinasi dibandingkan dengan serum mereka yang telah terinfeksi secara alami.

Ini menunjukkan bahwa vaksin Sinopharm mungkin dapat menginduksi respons berbasis antibodi terhadap dua varian yang serupa dengan tingkat yang terlihat setelah infeksi alami, menurut makalah itu. [ah/au/ft]

XS
SM
MD
LG