Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan keyakinannya hari Selasa (10/1) bahwa Finlandia dan Swedia akan bergabung dengan sekutu militer itu, hanya beberapa hari setelah pemerintah di Stockholm menyatakan telah melakukan semua persyaratan untuk memenuhi keraguan Turki tentang keanggotaannya.
Karena khawatir atas invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu, Swedia dan negara tetangganya, Finlandia membatalkan kebijakan nonblok militer yang sudah lama berlaku. Kedua negara itu kemudian mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada bulan Mei.
Semua 30 negara anggota NATO harus menyetujui jika kedua negara tersebut ingin menjadi anggota organisasi keamanan terbesar di dunia itu.
Namun Turki menunda proses itu. Turki ingin kedua tetangga di kawasan Laut Utara itu menindak kelompok-kelompok yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris dan menghukum orang-orang yang dicurigai melakukan kejahatan terkait terorisme.
Menteri luar negeri Turki mengatakan bulan lalu, Swedia bahkan belum setengahnya melakukan itu.
“Saya yakin proses bergabungnya kedua negara itu akan diselesaikan dan semua sekutu NATO akan meratifikasi protokol itu di parlemen masing-masing. Itu juga berlaku untuk Turki,” ujar Stoltenberg.
Stoltenberg juga mengatakan di markas besar NATO di Brussels, proses keanggotaan biasanya memakan waktu bertahun-tahun, tetapi pada bulan Juli semua 30 anggota mengundang Finlandia dan Swedia untuk bergabung dan menandatangani protokol penggabungan kedua negara itu.
Sejak itu, 28 negara telah mendukung langkah tersebut melalui prosedur nasional masing-masing. Hanya Turki dan Hongaria yang belum.
“Ini merupakan proses penggabungan tercepat sejauh ini dalam sejarah modern NATO,” tambah Stoltenberg.
Ia juga mengesampingkan risiko bahwa Finlandia dan Swedia mungkin diserang atau ditekan karena mencoba bergabung dengan NATO, dan mengatakan bahwa AS dan sekutu lainnya menawarkan dua “jaminan keamanan” bilateral sampai kedua negara itu menjadi anggota penuh.
“Tidak terbayangkan Finlandia dan Swedia akan menghadapi ancaman militer apa pun tanpa NATO bereaksi terhadap itu,” tandasnya.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan Swedia bahkan belum “setengah jalan” dalam memenuhi janjinya kepada Turki. Pernyataan itu muncul setelah pengadilan Swedia memutuskan untuk tidak menghukum seorang wartawan yang dicari oleh otoritas Turki karena diduga terkait kudeta yang gagal tahun 2016.
Tetapi Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan, negaranya telah memenuhi janjinya dan keputusan itu kini “berada di tangan Turki.” Turki belum bereaksi secara terbuka terhadap pernyataan itu. [ps/lt]
Forum