Letkol Alexander Vindman, perwira Angkatan Darat AS yang menjadi staf keamanan nasional Gedung Putih, Selasa (29/10) memberi keterangan dalam penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump bahwa ia sangat prihatin dengan permintaan pemimpin AS itu pada Juli lalu, agar Ukraina menginvestigasi lawan-lawan politiknya. Vindman begitu prihatin sampai-sampai ia memberitahu hal tersebut kepada para atasannya.
Vindman, yang ikut mendengarkan percakapan Trump Juli lalu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mengatakan dalam kesaksian yang disiapkannya bahwa ia prihatin dengan percakapan telepon itu. Menurutnya, tidaklah pantas meminta pemerintah asing untuk menyelidiki seorang warganegara AS. Vindman juga menyatakan khawatir akan dampaknya bagi dukungan pemerintah AS terhadap Ukraina.
Percakapan telepon Trump-Zelenskiy merupakan pusat upaya fraksi Demokrat yang mayoritas di DPR untuk memakzulkan Trump. Trump disebut meminta Ukraina menginvestigasi kaitannya dengan pemilu AS 2016 yang dimenangi Trump, dan menyelidiki salah seorang pesaing utama Trump dari partai Demokrat untuk pemilu 2020, yakni mantan Wakil Presiden Joe Biden serta transaksi bisnis putra Biden, Hunter, dengan perusahaan gas alam Ukraina, Burisma.
Trump mengajukan permintaan itu bersamaan dengan tindakannya untuk sementara waktu menahan 391 juta dolar bantuan militer dan bantuan lainnya untuk Ukraina, yang diperlukan Kiev dalam mengatasi separatis Rusia yang diperanginya di bagian timur negara itu.
Meminta dan menerima bantuan asing dalam pemilu adalah ilegal berdasarkan undang-undang pendanaan kampanye AS. [uh/lt]