Sekitar 500 orang berkumpul di Sunan Hotel, Solo, Jumat siang (7/9). Mereka adalah para delegasi dari 15 negara di Asia Pasifik yang menghadiri Konferensi Federasi Promosi Budaya se-Asia Pasifik (FACP) ke-30.
Ketua FACP, Hsu Po Yun, mengatakan Solo Indonesia menjadi tuan rumah konferensi ini karena dikenal sebagai kota pelestarian warisan budaya (heritage) dan bisa menjadi referensi bagi negara lain yang tergabung dalam lembaga tersebut.
“Konferensi FACP ini digelar di Solo Indonesia karena daerah ini kaya akan heritage. Banyak hal yang bisa dipelajari atau dikaji dari tuan rumah ini. Bagaimana melestarikan seni dan budaya tradisional, bangunan cagar budaya, dan sebagainya. Setiap tahun, tema konferensi yang kita angkat jelas berbeda. Tahun ini bertema berjalan seiring dengan seni dan budaya tradisi,” ujarnya.
Sementara itu, pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, berharap konferensi ini menghasilkan solusi bersama bagaimana melestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia. Menurut Agung, Indonesia berperan penting dalam organisasi FACP ini karena menjadi negara yang kaya ragam seni dan budaya.
“Kami dari Indonesia berharap konferensi ini akan menghasilkan formula atau solusi bagaimana melakukan pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional yang efektif. FACP menjadi ruang kerjasama berbagi pengalaman dan kajian pemikiran bagaimana mengelola seni budaya tradisional menjadi kemasan yang menarik dan go internasional,” ujar Agung.
Konferensi akan berlangsung hingga empat hari mendatang. Selain menggelar seminar dan kajian budaya, ratusan peserta konferensi ini juga akan mendatangi berbagai obyek wisata budaya antara lain Kraton Solo, pusat industri gamelan, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Museum batik Solo, dan sebagainya.
Negara-negara anggota FACP adalah Taiwan, Jepang, Singapura, Filipina, Thailand, Tiongkok, Inggris, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Mongolia, Amerika Serikat, dan Eurasia wilayah Kaukasus (Georgia).
Ketua FACP, Hsu Po Yun, mengatakan Solo Indonesia menjadi tuan rumah konferensi ini karena dikenal sebagai kota pelestarian warisan budaya (heritage) dan bisa menjadi referensi bagi negara lain yang tergabung dalam lembaga tersebut.
“Konferensi FACP ini digelar di Solo Indonesia karena daerah ini kaya akan heritage. Banyak hal yang bisa dipelajari atau dikaji dari tuan rumah ini. Bagaimana melestarikan seni dan budaya tradisional, bangunan cagar budaya, dan sebagainya. Setiap tahun, tema konferensi yang kita angkat jelas berbeda. Tahun ini bertema berjalan seiring dengan seni dan budaya tradisi,” ujarnya.
Sementara itu, pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, berharap konferensi ini menghasilkan solusi bersama bagaimana melestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia. Menurut Agung, Indonesia berperan penting dalam organisasi FACP ini karena menjadi negara yang kaya ragam seni dan budaya.
“Kami dari Indonesia berharap konferensi ini akan menghasilkan formula atau solusi bagaimana melakukan pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional yang efektif. FACP menjadi ruang kerjasama berbagi pengalaman dan kajian pemikiran bagaimana mengelola seni budaya tradisional menjadi kemasan yang menarik dan go internasional,” ujar Agung.
Konferensi akan berlangsung hingga empat hari mendatang. Selain menggelar seminar dan kajian budaya, ratusan peserta konferensi ini juga akan mendatangi berbagai obyek wisata budaya antara lain Kraton Solo, pusat industri gamelan, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Museum batik Solo, dan sebagainya.
Negara-negara anggota FACP adalah Taiwan, Jepang, Singapura, Filipina, Thailand, Tiongkok, Inggris, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Mongolia, Amerika Serikat, dan Eurasia wilayah Kaukasus (Georgia).