Tautan-tautan Akses

Skotlandia Berusaha untuk Laksanakan Referendum Kemerdekaan yang Baru


Anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia bertepuk tangan setelah melaksanan pemungutan suara untuk referendum kemerdekaan yang kedua di Gedung Parlemen di Holyrood, Edinburgh, 28 Maret 2017 (foto: REUTERS/Russell Cheyne)
Anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia bertepuk tangan setelah melaksanan pemungutan suara untuk referendum kemerdekaan yang kedua di Gedung Parlemen di Holyrood, Edinburgh, 28 Maret 2017 (foto: REUTERS/Russell Cheyne)

Keputusan parlemen Skotlandia untuk melaksanakan referendum kemerdekaan yang baru dari Inggris hari Selasa, membuka jalan bagi menteri utama, anggota parlemen utamanya, untuk meminta pemerintah Inggris menyetujui pemilihan suara semacam itu.

Parlemen Skotlandia memutuskan hari Selasa untuk melaksanakan referendum kemerdekaan yang baru dari Inggris, yang membuka jalan bagi menteri utama, anggota parlemen utamanya, untuk meminta pemerintah Inggris menyetujui pemilihan suara semacam itu.

Hasil pemilihan suara parlemen di Edinburgh menunjukkan hasil 69-59 untuk dukungan dari Inggris, apabila perlu, untuk pelaksanaan referendum yang ingin dilaksanakan oleh Menteri Utama Nicola Sturgeon dalam waktu dua tahun – sebelum Inggris menyelesaikan proses keluarnya negara itu dari Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara.

Para pemilih Inggris dengan suara tipis menyetujui keluarnya negara itu dari Uni Eropa tahun lalu, dan London mulai proses resmi yang mengarah pada keluarnya Inggris dari blok negara-negara Eropa hari Rabu.

Meskipun hasil pemilihan secara keseluruhan tahun lalu yang menginginkan untuk keluar dari Uni Eropa – berdasarkan hasil pemilihan suara di Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara – hampir dua pertiga pemilih Skotlandia tetap ingin menjadi anggota blok negara-negara Eropa. Sejak itu, Sturgeon telah bersikukuh bahwa kemerdekaan adalah satu-satunya jalan bagi Skotlandia untuk menjaga hubungan resminya dengan Uni Eropa.

Para pemilih Skotlandia memilih untuk tidak mendeklarasikan kemerdekaan dari London dalam sebuah referendum tiga tahun lalu, namun hal itu adalah berbulan-bulan sebelum dimulainya diskusi tentang kemungkinan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa yang berpusat di Brussels.

'Secara demokratis tidak dapat dipertahankan’

Sturgeon berdalih hasil pemilihan suara yang dikenal sebagai Brexit tersebut telah menuntut untuk dilaksanakannya referendum kemerdekaan yang baru. Hari Selasa ia mengatakan “secara demokratis tidak dapat dipertahankan dan tidak mungkin mengulur-ulur waktu” bagi Inggris untuk menghalangi pemilihan suara yang baru bagi Skotlandia.

Sturgeon awalnya memperkirakan akan ada desakan untuk melaksanakan sebuah referendum kemerdekaan yang baru tahun lalu, dalam hitungan jam setelah para pemilih di Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Ia mengatakan pemaksaan terhadap Skotlandia untuk keluar dari Uni Eropa “tidak dapat diterima” bersama-sama dengan wilayah Inggris yang lain, dengan mempertimbangkan adanya dukungan yang kuat dari warga Skotlandia untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa.

Sebagai bagian dari tugasnya, PM Inggris, Theresa May berujar ia tidak akan mendukung pemilihan suara yang baru bagi warga Skotlandia hingga Inggris secara resmi telah keluar dari Uni Eropa – sebuah proses yang menurut para pakar dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

“Ini bukan saatnya,” ujar May terkait referendum Skotlandia yang baru, dengan menambahkan, warga Britania Raya “harus bergandeng tangan, bukan bercerai berai,” sebagaimana yang dipaparkan oleh Brexit. [ww]

XS
SM
MD
LG