Perebakan virus corona turut mempengaruhi dunia pendidikan secara signifikan. Pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah menjadi pilihan satu-satunya agar siswa dapat tetap belajar, meski tidak bertemu secara langsung dengan guru mereka. Tujuh bulan belajar dari rumah, telah membuat para siswa bosan serta mengalami tekanan secara psikologis.
Kondisi ini juga dirasakan Maria Yuthi, yang keempat anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMA di Surabaya dan harus menjalani pembelajaran jarak jauh menggunakan perangkat teknologi. Ia mengatakan, memberi pemahaman kepada anak mengenai pandemi virus corona ini sangat penting dilakukan agar mereka mengetahui pasti alasan mereka harus belajar dari rumah
“Kita harus memberi tahu anak sedetail mungkin tentang apa sih virus ini, apa dampaknya. Kalau kamu nanti ke sekolah terus ada yang satu sakit, tiba-tiba menular ke yang lainnya kan tidak baik. Jadi kita memang harus menjelaskan bagaimana kondisi kota kita yang masih merah, hijau, oranye, nah itu memang harus dijelaskan ke anak-anak,” kata Maria Yuthi.
Tidak hanya anak yang mengalami tekanan psikologis, orang tua juga mengalami hal yang sama. Maria Yuthi berharap pemerintah maupun pihak sekolah dapat secara rutin memberikan pembekalan serta ruang konsultasi bagi orang tua, agar mampu mengelola tekanan psikologis yang dialami saat mendampingi anak belajar di rumah.
“Seperti layanan sosial, mungkin beberapa saya melihat di TV itu kan, ada yang untuk mengasuh anak tanpa kekerasan, nah seperti itu sebenarnya ya membantu kita untuk sadar, oh iya ya. Sebenarnya, seperti sekolahan mungkin dapat mengadakan zoom atau apa, agar bisa menanyakan atau mungkin memberi trik untuk bagaimana sih menghadapi anak-anak di rumah, kalau ada seperti itu mungkin lebih bagus ya, jadi tidak buta sama sekali orang tua itu,” ujar Maria Yuthi.
Tekanan psikologis juga turut dialami para guru, karena harus menyesuaikan metode pembelajaran jarak jauh yang penuh kendala. Kepala SD Dapena Surabaya, Benny Hermawan, mengatakan pentingnya forum diskusi antar guru untuk dapat berbagi pengalaman dan kiat mengajar jarak jauh melalui berbagai sarana. Forum itu, menurut Benny, sangat efektif dalam menyiasati kejenuhan selama proses pembelajaran jarak jauh.
“Satu guru membuat media pembelajaran lewat merekam atau memvideokan dia di kelas, kemudian dikirimkan ke anak-anaknya, nah dengan begitu guru yang tadinya cuma mengirim soal, kirim soal, kirim soal, oh akhirnya dia menjadi tertarik juga. Jadi hal-hal seperti itulah yang mungkin bisa membuat para guru yang tadinya bored, para guru yang tadinya mengalami kemunduran, atau kebosanan, useless dan lain sebagainya, informasi dari teman itu yang membuat dia menjadi lebih baik,” kata Benny.
Peran Dinas Pendidikan di daerah, kata Benny Hermawan, dirasa sangat penting untuk memberikan dukungan psikososial awal kepada para guru, yang selama tujuh bulan terakhir merasakan kesulitan dan tekanan psikologis saat pembelajaran jarak jauh.
Peneliti psikologi sosial di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dicky Pelupessy, mengatakan proses pembelajaran jarak jauh selama pandemi ini memunculkan banyak keterbatasan, kelelahan, dan kejenuhan. Padahal, aspek kesehatan mental selama sebelum ada pandemi corona ini, cenderung tidak menjadi prioritas perhatian.
Situasi kedaruratan ini, kata Dicky, dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental yang ringan hingga berat di kalangan mereka yang terdampak secara langsung.
Dicky mengatakan, dukungan psikososial awal dapat diberikan oleh siapa saja yang masuk kategori penanggap pertama, yang berada tidak jauh dari situasi yang dialami para siswa, orang tua, dan guru. Menjalin kontak dan komunikasi, serta hadir secara fisik dan psikologis, dapat menjadi dukungan psikososial awal yang menguatkan.
“Kita memberikan perhatian, ya itu sudah satu bentuk dukungan psikososial awal. Ya kita mengontak si anak, mengontak lewat orang tuanya, atau kemudian mengajak bercakap-cakap, itu sudah satu bentuk dukungan psikososial awal, karena prinsip dukungan psikososial awal adalah safety, membuat anak merasa aman baik secara fisik maupun secara psikologis, dan itu dalam bentuk mengontak itu sudah dirasakan sebagai satu bentuk dukungan awal,” pungkas Dicky. [pr/ab]