Hampir 1,5 miliar orang terkena penyakit yang ditularkan oleh binatang, dan kebanyakan merupakan penduduk dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Dari jumlah tersebut, lebih dari dua juta orang meninggal dari penyakit-penyakit yang dikategorikan sebagai zoonoses.
“Zoonoses adalah penyakit-penyakit yang ditularkan antara hewan dan manusia. Sejumlah besar penyakit pada manusia sebetulnya adalah zoonotic, atau terkait dengan binatang. Lebih dari 60 persen penyakit pada manusia ditularkan dari binatang bertulang belakang,” ujar Delia Grace, epidemiolog hewan dan ahli keamanan pangan dari Institut Riset Ternak Internasional (International Livestock Research Institute) di Nairobi, Kenya.
“Beberapa penyakit ini cukup umum. Beberapa yang ditularkan lewat makanan dan juga penyakit-penyakit seperti tuberculosis dan leptospirosis lebih tidak umum. Yang lainnya cukup langka, sehingga tergantung dari penyakitnya,” kata Grace.
Jalur Infeksi
“Dalam hal infeksi hewan, jalur transmisi penyakit yang paling umum barangkali adalah makanan. Orang-orang sakit karena makanan yang mereka makan. Namun jalur transmisi lainnya adalah kontak langsung dengan binatang. Beberapa dari penyakit-penyakit ini ditransmisikan lewat air, melalui air dan udara,” ujar Grace, yang merupakan penulis utama laporan berjudul “Mapping of Poverty and Likely Zoonosis Hotspots” (Pemetaan Kemiskinan dan Titik-Titik Zoonosis Potensial).
”Kebanyakan dari penyakit-penyakit ini berdampak cukup rendah. Jumlah orang yang tewas karena penyakit seperti avian influenza dan mad cow relatif sedikit. Namun penyakit-penyakit ini menarik perhatian karena beberapa diantaranya memiliki potensi untuk membunuh banyak orang, seperti flu Spanyol setelah Perang Dunia I atau HIV/AIDS, yang keduanya awalnya merupakan zoonosis,” tambahnya.
Menyertakan informasi mengenai penyakit baru dan lama, laporan ini berdasarkan sebuah analisis dari 1.000 survei.
Mengenai tempat-tempat di mana zoonosis selalu ada, bukan zoonosis baru tapi apa yang disebut zoonosis endemic, Grace mengatakan ada tiga negara yang memiliki beban terbesar untuk penyakit-penyakit ini, yaitu India, Ethiopia dan Nigeria.
“Namun untuk penyakit-penyakit baru, yang sebelumnya tidak ada di tempat itu tapi mulai berkembang, mereka ada di Amerika Serikat bagian barat dan Eropa Barat,” jelasnya.
Grace mengatakan bahwa temuan-temuan ini mengkhawatirkan dan menyebabkan masalah-masalah bagi manusia dan hewan.
Selain itu, situasi dapat bertambah buruk di tahun-tahun yang akan datang karena produksi daging meningkat tajam untuk memberi makan penduduk dunia yang bertambah secara cepat. PBB memperkirakan bahwa populasi dunia akan mencapai 9 miliar pada 2050, naik dari 7 miliar sekarang ini. Pertanian dengan produksi tinggi seringkali mengembangbiakkan hewan dalam tempat yang sempit. Hal ini akan membuat penyakit-penyakit menyebar dengan cepat. Masalah lain adalah penggunaan antibiotik pada hewan yang dapat menyamarkan gejala-gejala penyakit.
“Pertumbuhan babi dan unggas sangat pesat karena ada sistem-sistem yang dengan segera memenuhi kebutuhan penduduk yang berkembang sangat cepat. Apa yang ditemukan penelitian kami adalah bahwa babi dan unggas terkait dengan tingkat penyebaran penyakit lewat makanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kambing, sapi dan kerbau, yang sistem pertumbuhannya lebih lama,” jelas Grace.
“Jadi hal yang mengkhawatirkan di sini adalah bahwa kecuali ada pengelolaan zoonosis yang lebih baik, kita akan lebih sering menghadapi penyakit-penyakit yang ditularkan lewat makanan,” tambahnya.
Grace mengatakan bahwa jalan keluar untuk membuat penghalang untuk mengurangi transmisi penyakit untuk orang-orang dan binatang sudah ada, namun praktiknya cukup sulit. Daripada meningkatkan pengawasan terhadap makanan, laporan ini merekomendasikan sistem insentif untuk mendorong metode-metode yang lebih aman untuk mengembangbiakkan hewan.
Salah satu insentifnya adalah dengan menyediakan pelatihan dan sistem merek/cap untuk peternak skala kecil yang akan mengarah pada sertifikasi resmi yang menunjukkan bahwa produk mereka aman. Cara lain adalah mengembangkan alat uji rumah tangga yang akan memberi kesempatan pada konsumen untuk mengetahui apakah makanan mereka terkontaminasi.
Grace mengatakan bahwa kemiskinan dan penyakit terkait erat, membuat pencegahan penyakit yang ditularkan binatang dapat membantu mengentaskan kemiskinan.
“Zoonoses adalah penyakit-penyakit yang ditularkan antara hewan dan manusia. Sejumlah besar penyakit pada manusia sebetulnya adalah zoonotic, atau terkait dengan binatang. Lebih dari 60 persen penyakit pada manusia ditularkan dari binatang bertulang belakang,” ujar Delia Grace, epidemiolog hewan dan ahli keamanan pangan dari Institut Riset Ternak Internasional (International Livestock Research Institute) di Nairobi, Kenya.
“Beberapa penyakit ini cukup umum. Beberapa yang ditularkan lewat makanan dan juga penyakit-penyakit seperti tuberculosis dan leptospirosis lebih tidak umum. Yang lainnya cukup langka, sehingga tergantung dari penyakitnya,” kata Grace.
Jalur Infeksi
“Dalam hal infeksi hewan, jalur transmisi penyakit yang paling umum barangkali adalah makanan. Orang-orang sakit karena makanan yang mereka makan. Namun jalur transmisi lainnya adalah kontak langsung dengan binatang. Beberapa dari penyakit-penyakit ini ditransmisikan lewat air, melalui air dan udara,” ujar Grace, yang merupakan penulis utama laporan berjudul “Mapping of Poverty and Likely Zoonosis Hotspots” (Pemetaan Kemiskinan dan Titik-Titik Zoonosis Potensial).
”Kebanyakan dari penyakit-penyakit ini berdampak cukup rendah. Jumlah orang yang tewas karena penyakit seperti avian influenza dan mad cow relatif sedikit. Namun penyakit-penyakit ini menarik perhatian karena beberapa diantaranya memiliki potensi untuk membunuh banyak orang, seperti flu Spanyol setelah Perang Dunia I atau HIV/AIDS, yang keduanya awalnya merupakan zoonosis,” tambahnya.
Menyertakan informasi mengenai penyakit baru dan lama, laporan ini berdasarkan sebuah analisis dari 1.000 survei.
Mengenai tempat-tempat di mana zoonosis selalu ada, bukan zoonosis baru tapi apa yang disebut zoonosis endemic, Grace mengatakan ada tiga negara yang memiliki beban terbesar untuk penyakit-penyakit ini, yaitu India, Ethiopia dan Nigeria.
“Namun untuk penyakit-penyakit baru, yang sebelumnya tidak ada di tempat itu tapi mulai berkembang, mereka ada di Amerika Serikat bagian barat dan Eropa Barat,” jelasnya.
Grace mengatakan bahwa temuan-temuan ini mengkhawatirkan dan menyebabkan masalah-masalah bagi manusia dan hewan.
Selain itu, situasi dapat bertambah buruk di tahun-tahun yang akan datang karena produksi daging meningkat tajam untuk memberi makan penduduk dunia yang bertambah secara cepat. PBB memperkirakan bahwa populasi dunia akan mencapai 9 miliar pada 2050, naik dari 7 miliar sekarang ini. Pertanian dengan produksi tinggi seringkali mengembangbiakkan hewan dalam tempat yang sempit. Hal ini akan membuat penyakit-penyakit menyebar dengan cepat. Masalah lain adalah penggunaan antibiotik pada hewan yang dapat menyamarkan gejala-gejala penyakit.
“Pertumbuhan babi dan unggas sangat pesat karena ada sistem-sistem yang dengan segera memenuhi kebutuhan penduduk yang berkembang sangat cepat. Apa yang ditemukan penelitian kami adalah bahwa babi dan unggas terkait dengan tingkat penyebaran penyakit lewat makanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kambing, sapi dan kerbau, yang sistem pertumbuhannya lebih lama,” jelas Grace.
“Jadi hal yang mengkhawatirkan di sini adalah bahwa kecuali ada pengelolaan zoonosis yang lebih baik, kita akan lebih sering menghadapi penyakit-penyakit yang ditularkan lewat makanan,” tambahnya.
Grace mengatakan bahwa jalan keluar untuk membuat penghalang untuk mengurangi transmisi penyakit untuk orang-orang dan binatang sudah ada, namun praktiknya cukup sulit. Daripada meningkatkan pengawasan terhadap makanan, laporan ini merekomendasikan sistem insentif untuk mendorong metode-metode yang lebih aman untuk mengembangbiakkan hewan.
Salah satu insentifnya adalah dengan menyediakan pelatihan dan sistem merek/cap untuk peternak skala kecil yang akan mengarah pada sertifikasi resmi yang menunjukkan bahwa produk mereka aman. Cara lain adalah mengembangkan alat uji rumah tangga yang akan memberi kesempatan pada konsumen untuk mengetahui apakah makanan mereka terkontaminasi.
Grace mengatakan bahwa kemiskinan dan penyakit terkait erat, membuat pencegahan penyakit yang ditularkan binatang dapat membantu mengentaskan kemiskinan.