Thailand sedang berada dalam “demam ganja” setelah pemerintah baru-baru ini mensahkan penanaman dan pemilikan ganja dengan beberapa batasan.
Dari petani yang secara sembunyi-sembunyi menanam ganja, hingga menjadi petani sah, perjalanan Piyatida Jantra menuju legalisasi tanaman ganja itu membutuhkan waktu panjang selama tiga tahun.
Ia kini memasok apotik dengan produk ganja secara legal, mulai 9 Juni. Sejak itulah Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang secara efektif tidak melarang produk-produk ganja.
Penanam ganja, Piyatida Jantra mengatakan, “Saya biasanya menanam jenis-jenis ganja yang panennya bagus dan aromanya harum. Tetapi saya selalu mencoba jenis baru yang dikembangkan oleh pengembang yang berbeda. Sebelum ganja disahkan, saya hidup dalam persembunyian dan paranoid. Sekarang setelah disahkan, maka saya bisa menanam dengan tenang.”
Pemerintah berharap mendapat keuntungan dari hasil ganja untuk pengobatan dan untuk kesenangan atau rekreasi. Menurut hukum Thailand, ganja dibatasi untuk digunakan dalam pengobatan atau makanan dan harus mengandung kurang dari 0,2 persen tetra hydro cannabinol (THC), senyawa yang membuat mabuk.
Tetapi untuk sekarang, ganja tidak digunakan secara ketat untuk tujuan medis karena pengguna ganja memanfaatkan situasi pengesahan ganja untuk tujuan rekreasi juga. [ps/jm]
Forum