Pakistan telah melaporkan kasus virus polio liar ketujuh pada tahun ini, setelah selama 15 bulan terakhir tidak menemukan satu pun anak yang lumpuh akibat penyakit yang sangat menular itu.
Program pemberantasan polio nasional negara tersebut pada Kamis (2/6) mengatakan bahwa “seorang bayi perempuan berusia tujuh bulan dipastikan lumpuh” akibat virus itu di Waziristan Utara, sebuah distrik Pakistan yang bergejolak, yang berbatasan dengan Afghanistan.
“Seluruh anak-anak yang dipastikan terkena polio liar tahun ini berada di Waziristan Utara, di mana lebih banyak kasus diperkirakan muncul akibat tingginya tingkat penolakan (vaksinasi),” menurut catatan program tersebut.
Pakistan dan Afghanistan adalah dua negara tersisa di dunia, di mana polio masih terus melumpuhkan anak-anak, meskipun jumlah kasus di kedua negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir telah menurun drastis.
Kasus terakhir yang tercatat di Pakistan terjadi pada Januari 2021, sementara satu kasus infeksi polio liar juga dilaporkan di Afghanistan tahun ini dan empat lainnya pada tahun lalu.
“Kami memberikan vaksin polio kepada anak-anak hingga usia 10 tahun di seluruh titik masuk dan keluar untuk menghentikan perebakan virus itu (ke seluruh Pakistan),” kata Shahzad Baig, koordinator operasi darurat nasional.
Seorang pejabat kesehatan senior mengatakan kepada VOA bahwa banyak orang tua di daerah itu yang terus menolak obat tetes polio bagi anak mereka selama kampanye vaksinasi nasional, semetara orang tua lainnya tidak suka ketika petugas vaksinasi datang berkali-kali dari pintu ke pintu dan menganggapnya sebagai hal yang mengganggu.
Penolakan-penolakan itu berakar dari kecurigaan bahwa program imunisasi itu merupakan sebuah konspirasi yang dipimpin Barat untuk mensterilisasi anak-anak Muslim. Informasi keliru itu telah memicu serangan terhadap petugas kesehatan dan pasukan keamanan yang mengawal mereka, dan mengakibatkan kematian sejumlah orang dalam beberapa tahun terakhir sehingga memperlambat upaya pemberantasan polio.
Para pejabat mengatakan bahwa para orang tua yang mencurigai kampanye vaksinasi terkadang bersekongkol dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan spidol khusus yang digunakan petugas vaksinasi untuk memberi penanda warna di jari anak-anak yang sudah divaksinasi. Kini, penanda warna di jari itu digunakan untuk menentukan skala tingkat penolakan vaksinasi.
Para gerilyawan yang juga aktif di wilayah Waziristan memandang vaksin polio sebagai upaya untuk mengumpulkan data intelijen terkait aktivitas mereka.
Kasus terbaru di Pakistan menambah jumlah kasus polio dunia pada tahun 2022 menjadi sembilan kasus, termasuk satu kasus di Malawi, menurut data Global Polio Eradication Initiative (GPEI).
Perebakan di Malawi sendiri “secara genetik” terkait dengan virus polio liar yang terdeteksi di provinsi Sindh di selatan Pakistan pada 2019, kata GPEI.
Minggu lalu, Pakistan menjalankan kampanya imunisasi polio nasional selama lima hari, dengan menerjunkan 300.000 petugas kesehatan dan menjangkau 43 juta anak-anak balita.
Para pejabat mengatakan bahwa kampanye itu “disinkronkan” dengan Afghanistan agar anak-anak di kedua sisi perbatasan menerima vaksin pada saat yang sama dan terlindungi dari polio.
Pada awal 1990-an, setiap tahunnya polio melumpuhkan sekitar 20.000 anak-anak Pakistan. [rd/em]