Tiga puluh tahun sejak dibentuk, para anggota boy band asal Irlandia, Boyzone, berkumpul lagi untuk mengingat kembali perjalanan mereka ke puncak ketenaran dalam sebuah serial dokumenter baru.
Dokumenter tiga episode berjudul “Boyzone: No Matter What” itu mengisahkan awal mula terbentuknya boy band tersebut, dari audisi terbuka di Dublin pada tahun 1993, hingga titik tertinggi dan terendah yang mereka alami selama tiga dekade berikutnya.
“Begini, kita tidak punya media sosial di tahun ’90-an. Kini, band-band, mereka memperlihatkan sarapan mereka, pesawat yang mereka naiki, hotel tempat mereka menginap. Kita tidak seperti itu pada tahun ’90-an. [Dokumenter] ini cara kami memperlihatkan kehidupan kami di balik layar. Ini media sosial versi kami,” ungkap vokalis utama band itu, Ronan Keating, saat menghadiri pemutaran perdana dokumenter tersebut di Roundhouse, London, 27 Januari lalu, bersama anggota band lainnya, Keith Duffy dan Shane Lynch.
“Saya rasa, seperti kisah pada umumnya, Anda memerlukan sebuah awalan, tengah, dan akhiran, dan setelah 30 tahun, sekarang kami memiliki itu semua. Itu sebabnya sekarang saatnya bagi kami untuk menceritakan kisah ini. Kami punya seluruh keping cerita yang diperlukan untuk mewujudkannya. Dan ini bukanlah sebuah tontonan yang ringan. Dokumenter ini menyedihkan, sulit, sekaligus menjengkelkan. Ada saatnya ceritanya lucu dan penuh gelak tawa, tapi ceritanya juga sangat penuh perjuangan, bukan tontonan tentang boy band yang normal seperti biasanya. Jadi ini tidak seperti ekspektasi orang-orang,” tambah Keating.
Grup dengan lima anggota itu dibentuk oleh pengusaha hiburan kenamaan Louis Walsh, yang memasang iklan di surat-surat kabar untuk mencari kandidat anggota boy band Irlandia pertama.
Boyzone kemudian menikmati kesuksesan internasional, menjual lebih dari 25 juta album di seluruh dunia, dengan lagu hit seperti “Love Me for a Reason,” “Words” dan “Picture of You”. Grup itu bubar pada tahun 2000 ketika Keating memutuskan untuk bersolo karir, meski kemudian bersatu kembali.
Anggota lain, Stephen Gately, yang memicu sensasi di dunia pop pada tahun 1999 ketika ia mengungkap bahwa dirinya gay, meninggal dunia pada usia 33 tahun saat berlibur di Spanyol pada tahun 2009.
Wawancara secara blak-blakan dengan para anggota yang masih hidup, saudara perempuan Gately, Walsh, dan seorang wartawan, yang digabungkan dengan dokumentasi lama dan baru, mengungkap kerenggangan hubungan dan rasa sakit hati yang mereka alami selama dan setelah masa-masa kejayaan Boyzone, serta dampak kematian Gately.
Anggota Boyzone lainnya, Michael Graham, yang tidak menghadiri pemutaran perdana, juga tampil dalam dokumenter tersebut.
“Sejujurnya, dokumenter ini terasa seperti sebuah sesi konseling. Saya duduk dan orang benar-benar ingin mendengar apa yang saya katakan. Rasanya seolah ada beban yang terangkat dari pundak saya ketika saya berbicara. Jelas beberapa hal terasa menyedihkan. Teman baik saya, Stephen Gately. Ngomong-ngomong, (warna) kemeja ini, merah, adalah warna favorit Stephen. Ia suka payet dan motif. Jadi malam ini, melalui kemeja ini, saya mewakili Stephen Gately,” kata Keith Duffy.
Keating setuju.
“Rasanya seperti sedang terapi. Saya rasa kami masing-masing menghabiskan waktu 12 jam di depan kamera. (Pembuatan dokumenter) ini menghabiskan waktu dua tahun. Kami menyaksikan banyak sekali rekaman lama. Dan terkadang rasanya menakjubkan saat melihat semua rekaman-rekaman itu. Tapi kadang juga terasa menyakitkan, sangat menyedihkan,” ungkap Keating.
Dokumenter itu juga mengungkap taktik Walsh untuk mendorong dan mempromosikan boy band itu.
“Sebenarnya bukan taktik. Namanya juga bisnis, kan? Kita hidup di industri musik, bisnis musik, dan bagaimana caranya untuk membuat band Anda berada di puncak? Yang ia lakukan luar biasa. Ia membawa kami ke puncak. Saya cinta Louis Walsh,” kata anggota lainnya, Shane Lynch.
Sementara bagi Duffy, dokumenter itu ikut membantunya menjelaskan ketidakhadiran ia bagi keluarganya dulu.
“Ini adalah warisan kami, agar anak-anak dan cucu-cucu kami paham, sebagai seseorang dari latar belakang kelas pekerja yang terjun ke bisnis ini, menghabiskan hidup dari hotel ke hotel, pesawat ke pesawat. Keluarga kami bisa mengerti mengapa kami bekerja begitu keras untuk bisa hidup seperti sekarang.”
“Boyzone: No Matter What” tayang di Sky Documentaries dan NOW mulai 2 Februari. [rd/ka]
Forum