Serangan wabah ulat bulu yang merusak tanaman buah mangga di Probolinggo, menjadi perhatian serius pemerintah daerah setempat untuk mencari solusi mengatasi penyebaran ulat bulu, serta mencegah ulat bulu datang kembali.
Kepala Dinas Pertanian Kota Probolinggo, Yudha Sunantya mengatakan penggunaan pestisida untuk mengurangi jumlah populasi ulat bulu menjadi salah satu pilihan pada kondisi yang sudah dianggap membahayakan. Selain itu, penggunaan bahan non-kimia untuk mengatasi ulat bulu juga digunakan untuk mencegah telur ulat bulu berkembang dengan pesat. Ia mengatakan, “Kita ketemukan jamur di dalam kepompong. Setelah kita amati lebih lanjut, ternyata itu adalah jenis jamur beauveria bassiana. Itu ternyata setelah kepompong diserang oleh jamur tersebut, dia tidak bisa berkembang lagi menjadi kupu-kupu," jelas Yudha. "Dengan cara alami itu, sekarang jamur akan kita kembangkan lewat sumber-sumber alam yang ada terutama limbah. Kita pakai air cucian beras, kemudian dicampur air kelapa dan gula, baru ini olahan dari jamur BB tadi, kita masukkan.”
Yudha menambahkan meski belum berdampak cukup besar secara ekonomi, serangan ulat bulu telah mengganggu siklus pertumbuhan tananaman buah mangga, yang populasinya di kota Probolinggo mencapai 60.000 lebih.
Serangan ulat bulu tidak hanya meresahkan warga masyarakat karena memakan habis daun pohon mangga, tetapi juga menimbulkan masalah baru berupa gangguan kesehatan pada saluran pernapasan manusia. Samani, warga Desa Sumber Kedawung Kecamatan Leces, Probolinggo mengungkapkan, banyak warga di desanya mulai sakit batuk pasca serangan ulat bulu di desanya. “Bulunya ulat itu kalau dihirup menyebabkan batuk-batuk.Tapi, tidak gatal-gatal,” kata Samani.
Samani mengatakan, warga setempat tidak dapat berbuat banyak bila serangan ulat bulu kembali menyerang desa mereka, kalau tidak ada solusi dari pemerintah untuk menangani wabah ulat bulu ini.
Merebaknya wabah ulat bulu hingga ke beberapa daerah di Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran pula di kalangan akademisi. Pakar Parasitologi Universitas Airlangga, Surabaya, Rochiman Sasmita mengatakan tidak hanya mempengaruhi produktivitas tanaman pangan, serangan ulat bulu pada tanaman-tanaman lain dapat mengancam stabilitas lingkungan hidup yang bergantung pada ketersediaan oksigen. Sasmita mengatakan, “Kalau dikatakan bahaya jelas bahaya kalau dibiarkan, karena dengan berkembangnya terus misalnya, kalau tidak ada penanganan maka bisa dibayangkan akan terjadinya kegundulan dari pohon-pohon tertentu yang tentu akan mengurangi produksi daripada oksigen bagi manusia khususnya ataupun bagi hewan. Dengan demikian juga, untuk tananaman produksi seperti misalnya mangga, ataupun jenis-jenis lain bisa saja kemudian muncul yang menyerang duren dan sebagainya, bisa saja terserang demikian. Sehingga tentunya daunnya habis, produksinya pun akan menurun, akan hilang sama sekali, jadi penanganan harus segera dilakukan, jelas itu.”