Sedikitnya 29 orang tewas setelah serangan artileri terhadap kamp yang menampung pengungsi lokal di Myanmar Utara di dekat perbatasan China, menurut berbagai sumber di kawasan itu.
Berbagai media berita mengatakan serangan itu terjadi pada Senin larut malam di Kota Laiza, yang dikuasai Laskar Kemerdekaan Kachin (KIA), sayap militer kelompok etnik yang memerangi militer Myanmar selama beberapa dekade ini untuk mendapatkan otonomi lebih besar. Media lokal dilaporkan memperlihatkan beberapa mayat tergeletak di tanah, sementara para petugas penyelamat menggali puing-puing untuk menemukan mayat lainnya.
Berbagai sumber menyalahkan serangan itu pada junta militer yang berkuasa, yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Seorang juru bicara rezim mengatakan ke sebuah media Myanmar bahwa militer tidak bertanggung jawab atas serangan itu, menurut laporan kantor berita Reuters.
Kantor PBB di Myanmar mengatakan “sangat prihatin” atas laporan awal mengenai tewasnya warga sipil dalam serangan di negara bagian Kachin, termasuk kaum perempuan dan anak-anak. “Kamp-kamp IDP adalah tempat para pengungsi, dan warga sipil, tidak peduli siapa pun mereka, tidak boleh menjadi sasaran,” menurut pernyataan kantor itu.
Militer mengaku bertanggung jawab atas serangan udara terhadap sebuah desa di bagian barat laut Myanmar pada April lalu yang menewaskan 50 orang yang sedang mengikuti upacara Pasukan Pertahanan Rakyat, sayap militer Pemerintah Persatuan Nasional , pemerintah bayangan yang terdiri dari para anggota pemerintah sipil yang tersingkir. Lima puluh orang lainnya juga tewas dalam serangan serupa Oktober tahun lalu di Kachin sewaktu berlangsung konser yang diselenggarakan KIA.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta 2021. Sebuah laporan baru-baru ini oleh Komisaris Tinggi PBB urusan HAM mengatakan lebih dari 4.000 warga sipil tewas di tangan militer dan afiliasinya, sementara hampir 25 ribu lainnya telah ditangkap.
Kerusuhan ini berkembang menjadi konflik mematikan di kawasan pedesaan antara militer dan beberapa kelompok pemberontak etnik yang berjuang puluhan tahun untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. [uh/ab]
Forum