Serangan udara Israel terhadap sebuah mobil di Jalur Gaza pada Sabtu (30/11) menewaskan lima orang, termasuk karyawan World Central Kitchen. Badan amal tersebut mengatakan pihaknya “segera mencari perincian lebih lanjut” setelah militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan seorang pekerja WCK yang menjadi bagian dari serangan Hamas yang memicu perang.
WCK dalam sebuah email mengatakan bahwa mereka “berduka” oleh serangan udara tersebut dan tidak mengetahui bahwa ada orang di dalam mobil tersebut yang diduga memiliki hubungan dengan serangan teror Hamas pada 7 Oktober 2023. Badan amal itu menambahkan bahwa mereka “bekerja dengan informasi yang tidak lengkap" dan pihaknya menghentikan operasi di Gaza.
Upaya pengiriman bantuan badan amal tersebut di Gaza untuk sementara dihentikan awal tahun ini setelah serangan Israel menewaskan tujuh pekerjanya, sebagian besar dari mereka adalah orang asing.
Militer Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan tersangka penyerang pada 7 Oktober telah bekerja dengan WCK dan meminta “pejabat senior dari komunitas internasional dan administrasi WCK untuk mengklarifikasi” bagaimana hal itu bisa terjadi.
Kekerasan di Gaza berkobar bahkan ketika gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tampaknya berhasil dilaksanakan, meski tetap ada kejadian sporadis yang menguji kerapuhan gencatan senjata tersebut. Israel pada Sabtu menyerang tempat yang dikatakannya sebagai tempat penyelundupan senjata Hizbullah di sepanjang perbatasan Suriah dengan Lebanon.
Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Barat lainnya menetapkan Hamas dan Hizbullah sebagai kelompok teror.
Serangan terhadap kendaraan tersebut adalah yang terbaru dalam apa yang digambarkan oleh lembaga bantuan sebagai pekerjaan berbahaya dalam menyalurkan bantuan di Gaza. Perang di Gaza telah memicu krisis kemanusiaan yang telah membuat 2,3 juta orang di wilayah tersebut terpaksa mengungsi dan memicu kelaparan yang meluas.
World Central Kitchen menyediakan bantuan makanan bagi orang-orang yang membutuhkan setelah bencana alam atau konflik yang berkepanjangan. Tim-timnya sering menjadi penyelamat bagi orang-orang di Gaza yang berjuang untuk mendapatkan makanan.
Pejabat kesehatan Palestina Muneer Alboursh membenarkan serangan tersebut. Seorang pekerja bantuan di Gaza juga membenarkan bahwa tiga orang yang tewas adalah pekerja di WCK. Pekerja bantuan tersebut berbicara dengan syarat tidak diungkap identitasnya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Di Rumah Sakit Nasser di Kota Khan Younis, Gaza selatan, seorang perempuan mengangkat lencana karyawan berlogo WCK, dengan tulisan “kontraktor” dan nama seorang pria yang dikatakan tewas dalam serangan tersebut. Barang-barangnya – ponsel yang terbakar, jam tangan dan stiker berlogo WCK – tergeletak di lantai rumah sakit.
Nazmi Ahmed mengatakan keponakannya bekerja di WCK selama setahun terakhir. Dia mengatakan dia sedang berkendara ke dapur dan gudang amal.
“Hari ini, dia keluar seperti biasa untuk bekerja… dan menjadi sasaran tanpa peringatan sebelumnya dan tanpa alasan apa pun,” kata Ahmed.
Pada April, serangan terhadap konvoi bantuan WCK menewaskan tujuh pekerja – tiga warga negara Inggris, warga negara Polandia dan Australia, seorang warga negara ganda Kanada-Amerika, dan seorang warga Palestina. Militer Israel menyebut insiden itu sebagai salah serangan.
Serangan itu memicu kecaman internasional dan penghentian sementara bantuan ke Gaza oleh beberapa kelompok bantuan, termasuk WCK. Pekerja WCK Palestina lainnya tewas pada Agustus akibat pecahan peluru dari serangan udara Israel, kata kelompok itu.
Serangan udara Israel lainnya pada Sabtu menghantam sebuah mobil di dekat titik distribusi makanan di Khan Younis, menewaskan 13 orang, termasuk anak-anak, yang berkumpul untuk menerima bantuan. Rumah Sakit Nasser di Khan Younis menerima jenazah tersebut.
Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 44.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam perhitungan mereka. Namun, mereka mengatakan lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. [ft]