Tautan-tautan Akses

Serangan Iran di Irak Pekan Lalu, 11 Tentara Dirawat di RS


Tentara AS menyelidiki kerusakan akibat serangan bom Iran di pangkalan udara Ain al-Asad, di Anbar, Irak, 13 Januari 2020. (Foto: dok).
Tentara AS menyelidiki kerusakan akibat serangan bom Iran di pangkalan udara Ain al-Asad, di Anbar, Irak, 13 Januari 2020. (Foto: dok).

Militer AS menyatakan 11 tentara kini berada di rumah sakit setelah menunjukkan gejala-gejala gegar otak, setelah serangan Iran pekan lalu terhadap pangkalan-pangkalan militer di Irak, di mana pasukan AS ditempatkan.

Serangan misil balisltik terhadap dua markas Irak itu diluncurkan sebagai pembalasan atas serangan drone AS yang menewaskan jenderal senior Iran Qassem Soleimani, komandan pasukan elit Iran, Quds.

Kapten Bill Urban, juru bicara Komando Sentral AS, Kamis (16/1) menyatakan, “Meskipun tidak ada tentara AS yang tewas dalam serangan Iran 8 Januari terhadap pangkalan udara Al Asad, beberapa dirawat karena gejala-gejala gegar otak akibat ledakan dan mereka masih dievaluasi.”

Tentara-tentara itu berada di rumah sakit di Jerman dan Kuwait. “Begitu dianggap sehat untuk bertugas, para tentara itu diharapkan kembali ke Irak,” kata Urban.

Presiden AS Donald Trump telah menyatakan setelah serangan Iran di Irak itu bahwa tak seorang pun anggota pasukan AS yang cedera.

Beberapa jam setelah serangan misil Iran terhadap pasukan AS di Irak, Garda Revolusi Iran keliru menembak jatuh pesawat Ukraina di Teheran, menewaskan seluruh 176 orang di dalam jet penumpang itu.

Iran semula menyatakan masalah mesin yang menyebabkan jatuhnya pesawat itu, sebelum mengakui beberapa hari kemudian bahwa personel militer Iran keliru menembak jatuh pesawat tersebut.

Menteri Luar Negeri Ukraina Vadym Prystaiko mengatakan kepada parlemen hari Jumat (17/1) bahwa seorang pejabat Iran akan mengunjungi Ukraina pekan depan. Prystaiko mengatakan pemerintah Iran bersedia menyerahkan kotak hitam pesawat itu setelah sekelompok investigator dari Iran, Kanada dan Ukraina mempelajari rekaman suara dan data penerbangan pesawat itu.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Vadym Prystaiko.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Vadym Prystaiko.

Prystaiko juga mengatakan Ukraina ingin Iran merilis dokumen resmi yang menyatakan perasaan bersalahnya.

Sewaktu berbicara dengan wartawan hari Kamis (16/1), Prystaiko mengatakan para pejabat Ukraina dan Iran juga akan “mengadakan pembicaraan terbuka mengenai apa yang dihasilkan dari penyelidikan Iran, siapa yang dipersalahkan, dan kemudian kami ingin tahu kompensasi seperti apa” yang rencanakan diberikan Iran kepada para korban.

Menanggapi pertanyaan mengenai kerjasama Iran, Prystaiko mengatakan, “Sejauh ini kami baik-baik saja dengan apa yang mereka lakukan.”

Pernyataan Prystaiko itu muncul sementara pemimpin tertinggi Iran, Ayatyullah Ali Khamenei, memimpin sholat Jumat di Teheran untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

Khamenei mengatakan Iran tidak boleh menyerah pada tekanan dari “badut-badut Amerika” yang menerapkan sanksi-sanksi merugikan terhadap Iran, dan yang berpura-pura mendukung Iran sambil bersiap menikamkan “belati beracun mereka” ke punggung Iran.[uh/lt]

XS
SM
MD
LG