Serangan yang sangat besar itu mengubah dengan dramatis perimbangan pasukan pemberontak di utara negara itu yang menguntungkan kelompok-kelompok yang terkait al-Qaida dan ISIS, kata mereka.
Sebagian meramalkan kehancuran milisi-milisi yang tidak berbasis agama dan sekuler yang bersekutu dengan Laskar Suriah Bebas (FSA) yang didukung Barat di Suriah utara. “Ini adalah akhir FSA di Suriah utara,” kata Bassam al-Kuwaiti, seorang tokoh yang terkenal di kalangan oposisi politik, kepada VOA.
Ia mengatakan sebagian milisi moderat akan terpaksa bergabung; lainnya tidak mempunyai pilihan lain kecuali bubar sama sekali dan bergabung dengan kelompok pemberontak Islamis Ahrar al-Sham atau memasuki cabang al-Qaida di Suriah, Jabhat al-Nusra.
“Mereka tidak akan mempunyai pilihan lain.” Kata al-Kuwaiti.
Cabang al-Qaida dan Ahrar al-Sham bermitra dalam koalisi yang bernama Jaysh al-Fatah, atau Laskar Penaklukan, dan baru-baru ini telah memperdebatkan dengan resmi penggabungan. Di desa-desa dan kota-kota di sebelah barat-laut dan utara Aleppo, milisi FSA sudah mengandalkan bantuan Ahrar al-Sham dan al-Nusra dalam usaha untuk selamat dari serangan kuat Assad selama seminggu, dimana pesawat-pesawat tempur Rusia melancarkan serangan pemboman 24 jam.
Pasukan rezim Assad telah berhasil merebut rentetan desa-desa yang menguasai jalur logistic utama pemberontak ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di kota Aleppo. [gp]