Negara-negara Eropa minggu lalu agak lega, setelah ada petunjuk bahwa pemimpin Amerika bersedia mempertimbangkan rencana Presiden Perancis Emmanuel Macron, yang hendak merundingkan persetujuan tambahan dengan Iran, sebagai tanggapan atas keprihatinan Trump terkait pengembangan misil balistik Iran dan perluasan kehadiran militer Iran di Timur Tengah.
Tetapi, persetujuan nuklir yang ditandatangani pada 2015 oleh pemerintahan Obama berada dalam posisi kritis, meskipun Macron telah berusaha membujuk Trump ketika melawat ke Washington. Kedua pemimpin itu tetap bersahabat baik secara pribadi, tetapi, seperti yang digaris bawahi oleh Macron ketika berpidato di Kongres, mereka berbeda pendapat sehubungan masalah Iran dan Suriah, perubahan iklim, serta perdagangan.
Presiden Iran Hassan Rouhani yang sudah menampik upaya perundingan kembali, tengah minggu lalu memperingatkan Macron, “Teheran menolak untuk menambah atau mengurangi apa saja yang tertera dalam persetujuan itu, sekalipun itu hanya berupa satu kalimat.”
Kesepakatan nuklir itu tidak banyak pendukungnya di Gedung Putih. Penasihat keamanan nasional Trump yang baru, John Bolton, sudah lama berargumen bahwa kesepakatan itu harus dibatalkan. Dia berpendapat kesepakatan itu hanya akan membantu ekonomi Iran. Tiga tahun yang lalu, Bolton menulis di sebuah kolom opini, guna menghentikan upaya pengembangan bom nuklir oleh Iran, negara itu harus dibom. [gp]