Piala Dunia di Qatar bukan sekadar turnamen sepak bola. Ini adalah acara budaya yang dihadiri orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang.
Maymi Asgari adalah salah seorang dari mereka. Ia pesepak bola gaya bebas asal Iran dari Denmark yang melakukan perjalanan ke Qatar tidak hanya untuk menonton pertandingan tetapi juga untuk memamerkan keahliannya.
Asgari, 24, mengenakan jilbab, yang menurutnya, sesuatu yang penting baginya. Dengan penampilan seperti itu, ia menantang persepsi tentang apa artinya menjadi seorang Muslim dan seorang perempuan atlet.
"Jangan ubah dirimu, ubah saja permainannya. Dan itu sangat penting. Saya tumbuh di negara di mana saya adalah minoritas. Sebagian besar rekan tim saya adalah orang Denmark; bukan berarti saya harus seperti mereka. Itu bukan berarti saya harus mengubah penampilan saya dan mewarnai rambut saya menjadi pirang supaya terlihat seperti mereka. Saya mampu bermain sehingga mereka bisa menerima saya," ujarnya.
Sejak kecil, Asgari sangat gemar sepak bola. Kelincahan gerak kaki dan akrobatnya telah menarik banyak perhatian di Internet. Ia memiliki hampir setengah juta pengikut di TikTok. Tayangan-tayangan videonya ditonton dan mendapat jutaan jempol.
Popularitasnya membuat panitia Piala Dunia mengundangnya ke Qatar. Ia datang dan mempertontonkan kelincahannya sambil tampil di jalan-jalan Doha untuk para penggemar. Dia mengakui, ketenarannya di ranah online membuatnya sempat kagok sebelum akhirnya menjadi terbiasa.
"Saya harus membiasakan diri, misalnya, apa ya…saya bahkan tidak mampu menjelaskannya dengan kata-kata. Rasanya aneh. Tetapi saya menyukainya," kata Asgari.
Asgari berharap apa yang telah dicapainya akan membantu menepis stereotipe tentang perempuan Muslim.
"Sulit bagi saya: sendirian, merasa seperti tidak ada orang yang mengerti saya. Dan sekarang bisa membuka jalan bagi generasi mendatang atau bahkan seterusnya supaya anak-anak perempuan merasa seperti, 'Oh, ada orang yang memahami sakit yang kami rasakan. Jadi, kalau dia bisa, saya bisa melakukannya,'" tukasnya.
Walaupun dihadang tantangan-tantangan itu, fokus dan dedikasi Asgari membuatnya berhasil, kata temannya, Dalia Diraoui.
"Menurut saya, dia pantas mendapatkannya karena dia bekerja sangat keras untuk itu. Misalnya, saya ingat ketika kami masih kecil. Dia berlatih setiap hari di depan apartemen kami," tutur Diraoui.
Asgari telah bertemu beberapa bintang sepak bola, tetapi itu tidak cukup baginya. Ia bermimpi berhadapan dengan beberapa pemain dalam pertandingan.
"Saya pikir, yang pertama dari mereka adalah Ronaldinho, karena dia legenda trik. Dan kemudian mungkin Neymar. Dia juga luar biasa. Tetapi dia masih muda, salah seorang pemain baru. Ketika masih kecil, saya lebih sering menonton Ronaldinho. Tetapi saya tidak menontonnya lagi. Kemudian mungkin Cristiano Ronaldo. Saya senang karena dia percaya diri," harap Asgari.
Apa yang dilakukan Asgari memberi pesan yang jelas. Tidak peduli ras, jenis kelamin, atau agama seseorang, siapa pun bisa bermain sepak bola dan menikmatinya. [ka/lt]
Forum