YOGYAKARTA —
Sekitar seratus seniman seni rupa dari Yogyakarta dan sekitarnya yang tergabung dalam Masyarakat Seniman Remen (artinya - suka) Jokowi atau disingkat Mas Rejo, hari Minggu (15/6) melukis bersama di museum Affandy. Selain melukis secara sendiri-sendiri di atas kanvas berukuran 70x90 sentimeter, sejumlah pelukis senior melukis bersama di atas satu kanvas berukuran 9,9 kali 1,5 meter persegi.
Panitia Melukis Bersama Yoyock Suryo mengatakan semua karya lukis nantinya akan dipamerkan, dan khusus karya bersama diusahakan untuk dilelang dan separo hari hasil penjualan semua karya akan disumbangkan kepada Tim Pemenangan Jokowi-JK.
Menurut Yoyock Suryo, mayoritas seniman rupa yang akhirnya bergabung dalam wadah Mas Rejo sependapat dengan sikap dan pemikiran Jokowi terutama apa yang ia sampaikan akhir-akhir ini mengenai Revolusi Mental.
"Teman-tema perupa itu suka dengan pemikiran-pemikiran dan sosok Jokowi, terlebih lagi ketika kemudian Jokowi menggelorakan Revolusi Mental. Itu perbijak dari filosofi atau dasar pemikiran dan ajaran Bung Karno tentang Trisakti. Ternyata itu juga bisa membuat inspirasi bagi para perupa membuat ide-ide atau gagasan secara visual,” kata Toyock Suryo.
Disela melukis bersama, para seniman juga menyampaikan pernyataan sikap mendukung Revolusi Mental, yang dibacakan oleh seniman Heri Kris. Menurut mereka, revolusi mental merupakan terobosan budaya politik baru untuk membasmi segala kebobrokan yang terjadi di Indonesia, seperti praktek korupsi, kolusi dan suap yang merajalela sehingga perlu ada upaya mengembalikan harga diri sebagai bangsa yaitu melalui Revolusi Mental.
"Revolusi Mental yang digemakan oleh IR H. Joko Widodo (Jokowi) menjadi sebuah keharusan supaya dapat terbangun bangsa Indonesia uang terhormat, disegani, beradab, memiliki harga diri dan bermartabat sebagaimana ajaran Trisakti yang pernah digelorakan Bung Karno, yaitu Indonesia berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya,” jelas Heri Kris.
Anggota panitia pengarah (Steering Committee) Prof. Tulus Warsito, seniman rupa yang juga dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan, ide para seniman rupa mendukung pasangan Jokowi-Jk lebih bersifat spontanitas karena kepribadian dan sikap sang calon presiden.
"Awalnya kan spontanitas saja, sebab awalnya yang spontanitas itu luar biasa. Sebab, perbandingan dua capres itu tidak tahu kenapa kok langsung tergiring ke situ ( ke Jokowi) karena banyak alasan ya kerakyatannya, blusukan, ya seperti seniman lah kira-kira begitu,” jelas Prof. Tulus Warsito.
Diantara seniman yang bergabung diantaranya Kartika Affandy, putri mendiang maestro lukis Affandy, Joko Pekik, Dyan Agggrainy, Heri Wibowo, Mahyar dan Sunarto Pr. , serta puluhan seniman muda yang datang dari luar kota Yogyakarta.
Panitia Melukis Bersama Yoyock Suryo mengatakan semua karya lukis nantinya akan dipamerkan, dan khusus karya bersama diusahakan untuk dilelang dan separo hari hasil penjualan semua karya akan disumbangkan kepada Tim Pemenangan Jokowi-JK.
Menurut Yoyock Suryo, mayoritas seniman rupa yang akhirnya bergabung dalam wadah Mas Rejo sependapat dengan sikap dan pemikiran Jokowi terutama apa yang ia sampaikan akhir-akhir ini mengenai Revolusi Mental.
"Teman-tema perupa itu suka dengan pemikiran-pemikiran dan sosok Jokowi, terlebih lagi ketika kemudian Jokowi menggelorakan Revolusi Mental. Itu perbijak dari filosofi atau dasar pemikiran dan ajaran Bung Karno tentang Trisakti. Ternyata itu juga bisa membuat inspirasi bagi para perupa membuat ide-ide atau gagasan secara visual,” kata Toyock Suryo.
Disela melukis bersama, para seniman juga menyampaikan pernyataan sikap mendukung Revolusi Mental, yang dibacakan oleh seniman Heri Kris. Menurut mereka, revolusi mental merupakan terobosan budaya politik baru untuk membasmi segala kebobrokan yang terjadi di Indonesia, seperti praktek korupsi, kolusi dan suap yang merajalela sehingga perlu ada upaya mengembalikan harga diri sebagai bangsa yaitu melalui Revolusi Mental.
"Revolusi Mental yang digemakan oleh IR H. Joko Widodo (Jokowi) menjadi sebuah keharusan supaya dapat terbangun bangsa Indonesia uang terhormat, disegani, beradab, memiliki harga diri dan bermartabat sebagaimana ajaran Trisakti yang pernah digelorakan Bung Karno, yaitu Indonesia berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya,” jelas Heri Kris.
Anggota panitia pengarah (Steering Committee) Prof. Tulus Warsito, seniman rupa yang juga dosen Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan, ide para seniman rupa mendukung pasangan Jokowi-Jk lebih bersifat spontanitas karena kepribadian dan sikap sang calon presiden.
"Awalnya kan spontanitas saja, sebab awalnya yang spontanitas itu luar biasa. Sebab, perbandingan dua capres itu tidak tahu kenapa kok langsung tergiring ke situ ( ke Jokowi) karena banyak alasan ya kerakyatannya, blusukan, ya seperti seniman lah kira-kira begitu,” jelas Prof. Tulus Warsito.
Diantara seniman yang bergabung diantaranya Kartika Affandy, putri mendiang maestro lukis Affandy, Joko Pekik, Dyan Agggrainy, Heri Wibowo, Mahyar dan Sunarto Pr. , serta puluhan seniman muda yang datang dari luar kota Yogyakarta.