Di rumahnya di pedesaan Kosta Rika, pakar biologi Frederico Paniagua bersama keluarganya menyantap beberapa jenis serangga yang dikembangbiakkan di peternakannya. Frederico mengatakan seranga-serangga itu rasanya seperti keripik kentang.
Tiga tahun lalu, kepala Museum Serangga Universitas Kosta Rika itu, memutuskan untuk mengganti sumber protein hewani dalam pola makannya dengan jangkrik, semut, kecoak, kumbang, dan serangga lainnya. Tak berhenti di situ. Dia juga mendorong masyarakat melakukan hal yang sama.
"Serangga rasanya enak," katanya saat diwawancarai di pertaniannya di Sarchi, sekitar 50 kilometer dari Ibu Kota Costa Rika, San Jose, seperti dikutip dari Reuters.
"Anda bisa duduk dan menonton sinetron, menonton pertandingan sepak bola, melakukan aktivitas apa saja dengan sepiring penuh serangga. Makan serangga itu satu-per satu sambil minum segelas minuman soda…cocok sekali," ujarnya.
Organisasi Pangan PBB (FAO) mencatat ada lebih dari 1.900 spesies serangga yang bisa dimakan.
Terutama di Asia dan Afrika, serangga-serangga kecil itu disebut sebagai penganan lezat yang kaya kandungan vitamin, mineral, dan energi.
Para pendukung makananan dari serangga juga mencatat bahwa serangga-serangga mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia dibandingkan hewan ternak atau babi. Ditambah lagi serangga butuh jauh lebih sedikit lahan dan air daripada ternak.
Istri Paniagua, Gabriela Soto, mempersiapkan sajian dengan menuangkan minyak goreng di wajan, memasukkan serangga yang diternakkan di peternakannya. Setelah masak, dia membawa beberapa piring berisi serangga dan menyajikannya kepada putri kecilnya yang kemudian menyantap dengan lahap. Suaminya menyarankan menambahkan perasan lemon untuk menambah rasa.
“Rasanya akan seperti keripik kentang… dan Anda bisa makan sepiring penuh serangga-serangga ini,” kata Panigua. [ft/dw]