Tautan-tautan Akses

Seminggu pasca Invasi Rusia, Perang Terus Berkecamuk di Ukraina


Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kobaran api di sebuah bangunan pasca serangan artileri Rusia di Kyiv, Ukraina, Kamis (3/3).
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kobaran api di sebuah bangunan pasca serangan artileri Rusia di Kyiv, Ukraina, Kamis (3/3).

Satu minggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, perang terus berkecamuk di Rusia sementara pasukan Rusia melanjutkan gerak maju mereka meskipun ada kecaman dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang telah meloloskan resolusi yang menegur Rusia.

Ukraina terus dibombardir, dan kota Kherson di bagian selatan negara itu dilaporkan telah jatuh ke tangan militer Rusia.

Ribuan warga sipil tewas atau terluka sejak invasi dimulai, kata pihak berwenang Ukraina. Banyak warga menyelamatkan diri dengan mengungsi ke negara-negara tetangga dan sebagian lainnya masih berlindung. Bahkan, bayi-bayi pun dilaporkan terpaksa harus lahir di gudang bawah tanah rumah sakit, sementara warga Ukraina di kota-kota di seluruh negeri mencari perlindungan di bawah tanah.

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan, “Berlindung di mana pun mereka bisa, termasuk anak-anak yang mendapat perawatan kanker yang sekarang menjalani rawat inap di ruang bawah tanah rumah sakit, dan para dokter dan perawat melakukan yang terbaik untuk merawat mereka sementara terjadi ledakan bom di atas kepala mereka. Ini memalukan.”

Antony Blinken mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap bisnis Rusia, kali ini pada 22 entitas terkait pertahanan yang memproduksi senjata tempur yang digunakan untuk menyerang rakyat Ukraina.

Larangan pesawat Rusia memasuki wilayah udara Amerika sekarang diberlakukan, dan Belarus juga dikenai sanksi karena perannya dalam memungkinkan invasi Rusia.

Di dekat Kyiv, para pejabat Amerika mengatakan, konvoi kendaraan militer Rusia sepanjang lebih dari 60 kilometer terhenti karena kekurangan bahan bakar dan makanan serta perlawanan dari pasukan Ukraina.

Warga dan pasukan Ukraina memasang barikade untuk menahan gerak maju pasukan Rusia memasuki ibu kota Kyiv, Kamis (3/3).
Warga dan pasukan Ukraina memasang barikade untuk menahan gerak maju pasukan Rusia memasuki ibu kota Kyiv, Kamis (3/3).

Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, mengatakan, “Kepada tentara Rusia yang dikirim ke garis depan perang yang tidak adil dan tidak perlu, saya katakan: ‘Pemimpin Anda berbohong kepada Anda. Jangan melakukan kejahatan perang. Lakukan semua yang Anda bisa untuk meletakkan senjata Anda dan meninggalkan Ukraina.”

Warga Indonesia di tengah Krisis Ukraina: Terhimpit Sanksi di Rusia, Mengungsi di Rumania
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:02 0:00

Pada hari Kamis (3/3) Departemen Pertahanan Amerika mengecam perintah Presiden Rusia Vladimir Putin awal pekan ini untuk menyiapkan pasukan nuklirnya dalam tingkat siaga tinggi. Kecaman itu disampaikan oleh John Kirby, juru bicara Pentagon.

John Kirby, juru bicara Pentagon
John Kirby, juru bicara Pentagon

“Retorika provokatif seperti itu dan kemungkinan perubahan pada postur nuklir yang melibatkan senjata paling penting di gudang senjata masing-masing tidak dapat diterima. Amerika Serikat belum mengambil langkah serupa,” ujar Kirby.

John Kirby mengumumkan bahwa Pentagon akan menunda uji coba rudal balistik antarbenua yang dijadwalkan minggu ini sebagai tanda bahwa Amerika tidak akan terlibat dalam perilaku nuklir yang bisa menyebabkan kesalahpahaman.

“Kami tidak mengambil keputusan ini begitu saja, dan ini menunjukkan bahwa kami adalah kekuatan nuklir yang bertanggung jawab,” ujar Kirby.

Amerika Serikat terus mengirim bantuan ke pasukan Ukraina sambil memperingatkan bahwa pasukan Rusia akan belajar dari kegagalan awal mereka. [lt/jm]

XS
SM
MD
LG