Tautan-tautan Akses

Semakin Banyak Pria di Korea Selatan Ikut Kursus Masak


Koki Korea Selatan dan para muridnya menyiapkan makanan khas negara itu, bibimbap, dalam Festival Makanan Korea di Seoul, 2013.
Koki Korea Selatan dan para muridnya menyiapkan makanan khas negara itu, bibimbap, dalam Festival Makanan Korea di Seoul, 2013.

Di masyarakat yang paternalistik di Korea Selatan, 'pria-pria seksi yang suka memasak' mendobrak batasan di dapur.

Pulang bekerja hari Jumat beberapa waktu yang lalu, Lee Jin-soo yang berusia 53 tahun mengikuti kelas memasak "Happy Guys," bersama enam pria separuh baya lainnya yang memakai topi putih tinggi dan celemek.

Lee, yang mengelola bisnis pembuatan tas untuk penutup tempat tidur, dengan hati-hati mengolah abalon dan udang dan membuat kerak nasi untuk dimasukkan ke dalam rebusan ayam dan makanan laut dalam menu malam itu.

Ia termasuk salah satu dari semakin banyak laki-laki yang belajar memasak di negara yang kaum prianya sejak lama tidak aktif membantu pekerjaan rumah tangga. Pria-pria Korea Selatan ada di peringkat terbawah dalam survey mengenai pekerjaan rumah tangga yang dilakukan Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) tahun 2014, dengan hanya 21 menit per hari.

Lee menggambarkan dirinya sebagai ayah otoriter dan suami yang dominan, sesuatu yang ia sesali sekarang.

"Saya ingin berubah. Mengambil kursus masak di sini merupakan titik balik," ujarnya, sambil memamerkan foto dirinya menghidangkan makanan China untuk istri dan teman-teman istrinya.

"Saya banyak berpikir akhir-akhir ini, bahwa hierarki tidak diperlukan dalam membentuk keluarga bahagia. Yang diperlukan itu memasak," tambahnya.

Dapur secara tradisional merupakan tempat terlarang untuk pria di Korea Selatan, sampai ada pepatah: "Jika seorang laki-laki masuk dapur, ia berisiko kehilangan kejantanannya."

Demografi dan budaya pop sedang mengubah hal itu.

Semakin banyaknya perempuan yang mengerjakan pekerjaan profesional dengan tuntutan tinggi dan menyusutnya ukuran rumah tangga, berarti jumlah anggota keluarga perempuan menjadi lebih sedikit, dan banyak pria tidak lagi punya pilihan untuk tidak memasak.

Acara-acara televisi realitas yang menampilkan pria yang memasak dan munculnya bintang koki-koki pria juga merupakan faktor yang membantu menarik pria ke dapur, memunculkan istilah: "Pria memasak yang seksi."

Gmarket, peritel daring yang dimiliki eBay Inc, mengatakan penjualan alat-alat memasak untuk pria naik 24 persen dalam paruh pertama 2015.

Daya tarik pria yang bisa memasak sebagai calon suami potensial juga mendorong pria-pria muda untuk turun ke dapur.

"Pria-pria muda mengatakan: 'jika tidak memasak kita tidak dapat menikah'," ujar Han Hee-won, koki yang mengelola kelas memasak untuk pria di daerah tepi sungai yang trendi di Seoul sejak 2012.

Go Dong-rok, murid calon koki dan eksekutif sumber daya manusia di produsen suku cadang otomotif Hyundai Mobis, merasa tercerahkan dengan pengalaman belajar membuat pizza dan makanan khas Korea bibimbap sampai ia membawa ide itu ke tempat kerja, mengorganisir acara dimana pegawai pria memasak makanan Korea dan mengundang istri-istri mereka.

"Masyarakat Korea itu paternalistik dan hanya karena mereka bekerja, para suami ingin dilayani istri-istri mereka. Tapi memasak dapat melunakkan hal itu," ujarnya.

Apakah pria-pria Korea memberlakukan kesenangan memasak itu pada pekerjaan rumah yang lainnya masih harus dilihat.

"Saya dengar beberapa pria senang memasak tapi lalu meninggalkan dapur tanpa mencuci piring," ujar Lee Soo-yeon, peneliti di Lembaga Pengembangan Perempuan Korea.

Recommended

XS
SM
MD
LG