Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan tidak ada korban selamat ditemukan dalam rerongsokan pesawat Air Algerie yang jatuh di Mali dengan 116 orang di dalamnya.
Sebuah satuan militer Perancis telah dikirim untuk mengamankan rerongsokan pesawat itu, yang membawa 51 warga negara Perancis dari Burkina Faso ke Aljir ketika jatuh hari Kamis.
Pejabat kementerian pertahanan Perancis mengatakan satu tim beranggotakan 100 tentara Perancis tiba di lokasi kejadian Jumat pagi dan memulai investigasi awal. Mereka adalah bagian dari unit yang dikerahkan ke Mali tahun lalu untuk membantu negara itu menumpas militan terkait al-Qaida.
Presiden Hollande mengatakan sebuah kotak hitam telah ditemukan dan penyelidikan sedang dilangsungkan. Penyebab kecelakaan belum dipastikan, namun para pejabat Perancis menduga cuaca buruk kemungkinan penyebabnya.
Kemungkinan akibat aksi terorisme belum dihapuskan mengingat militan diketahui beroperasi di daerah tersebut. Namun para pejabat mengatakan tidak mungkin pesawat itu meledak di udara, karena puing-puing pesawat ditemukan bertebaran di atas wilayah yang relatif kecil.
Jenderal Gilbert Diendere dari angkatan darat Burkina Faso mengukuhkan pesawat itu ditemukan sekitar 30 kilometer dari utara perbatasan Burkina Faso, di kawasan Mali yang disebut Gosi.
Menteri Transportasi Aljazair Amar Ghoul mengatakan lokasi kecelakaan tersebut merupakan “daerah yang sangat rumit” sehingga akan sulit mengevakuasi mayat-mayat itu.
Pihak berwenang mengatakan penerbangan itu menghadapi badai yang kuat setelah pesawat lepas landas dari Ouagadougou, ibukota Burkina Faso.
Pesawat tersebut disewa Air Algerie dari maskapai Spanyol, Swiftair. Kedua maskapai mengatakan pesawat itu membawa 6 orang anggota awak Spanyol dan 110 penumpang.