Sekitar 500 peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN di Solo mengerjakan soal dengan menggunakan komputer di kompleks Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo, Selasa (16/5). Ujian berbasis komputer ini tetap berlangsung di tengah merebaknya virus komputer WannaCry ramsomware yang menjangkiti lebih dari 150 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Ketua penyelenggara SBMPTN di UNS Solo, Profesor Sutarno, mengatakan panitia ujian sudah melakukan antisipasi untuk mencegah virus tersebut masuk jaringan komputer SBMPTN. Menurut Sutarno, langkah terakhir jika komputer yang digunakan ujian tersebut terkena virus adalah mengalihkan ujian berbasis komputer ke ujian tertulis yang menggunakan kertas.
“Sejak dua hari lalu, pas ramai virus komputer itu, kita sudah antisipasi. Semua sudah kita siapkan dan atasi semua. Yang diduga terkena kan yang pakai windows lama. Itu sudah kita sesuaikan, kemungkinan virus komputer itu sudah kita cegah, antisipasi. Windows-nya sudah kita upgrade atau kita tingkatkan kecanggihannya, minimal windows 10. Kemudian kita juga lakukan langkah berikutnya jika virus komputer itu menyerang ujian berbasis komputer di SBMPTN ini. Langkah terakhir CBT kita alihkan ke ujian tulis atau berbasis kertas,” kata Profesor Sutarno.
Berdasarkan pantauan di kompleks kampus UNS Solo, penyelenggaraan ujian SBMPTN berlangsung dengan pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk mengantisipasi kebocoran soal atau kecurangan saat ujian berlangsung.
Penyelenggaraan SBMPTN dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia dengan total peserta hampir 800 ribu orang, 21 ribu di antaranya mengerjakan ujian menggunakan komputer.
Ratusan ribu peserta tersebut memperebutkan sekitar 128 ribu kursi di 85 perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Ujian berlangsung lancar meskipun saat ini virus ransomware sudah menjangkiti jaringan komputer di sejumlah rumah sakit di Jakarta, dan beberapa daerah.
Sementara itu, antisipasi penyebaran virus komputer ransomware juga dilakukan tim cyber crime kepolisian Solo. Juru bicara Polresta Solo, Komisaris polisi Agus Puryadi mengatakan belum ada laporan masyarakat terkait penyebaran virus komputer tersebut di Solo.
Menurut Agus, polisi juga melakukan antisipasi penyebaran virus tersebut di jaringan komputer kepolisian di Solo.
“Belum ada laporan masyarakat terkait penyebaran virus komputer WannaCry ransomware, terus terang saja, kalau kita mau mengantispasi virus itu, jelas itu virus komputer kelas tinggi, ilmu pembuatan virus komputer itu tentu sangat tinggi. Antisipasi kita hanya bisa dengan mengurangi penggunaan internet, kemudian juga tidak asal memasukkan flash disk ke perangkat komputer di sini. Karena penyebaran virus komputer antara lain dengan dua cara itu," kata Agus Puryadi.
"Kita siapkan perangkat komputer khusus untuk penggunaan internet di sini. Jangan semua komputer dimasukkan dalam jaringan komputer berinternet, kalau dihacked atau terkena virus bisa susah semua nanti. Data di sini kan termasuk rahasia negara, hasil penyidikan, penyelidikan,” lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, selama tiga hari ini virus komputer WannaCry ramsomawre menyebar ke lebih dari 150 negara, termasuk Indonesia. Sejumlah rumah sakit, perusahaan swasta, dan sebagainya di Jakarta dan beberapa daerah terkena virus tersebut. Virus ini bekerja dengan cara menyembunyikan data. Data itu hanya bisa dibuka kembali jika pemillik data komputer tersebut membayar tebusan dengan nilai bervariasi dengan menggunakan sistem bitcoin, atau uang digital ke dompet digital peretas program jaringan komputer tersebut. [ys/ab]