Siapa sangka tanaman mangrove atau bakau tidak hanya bermanfaat sebagai sabuk pengaman pesisir pantai, dari abrasi atau terjangan ombak hingga tsunami. Mangrove juga dapat dimanfaatkan menjadi aneka macam produk makanan hingga produk keperluan rumah tangga lainnya, termasuk sebagai bahan bahar hingga pewarna batik.
Menurut kader lingkungan asal Kedung Asri Surabaya, Isroi Yati, berbagai manfaat serta produk dapat dihasilkan dari seluruh bagian tanaman mangrove, tanpa harus mengakibatkan kerusakan dari ekosistem hutan mangrove yang telah ada.
“Bisa untuk minuman, bisa untuk kue, bisa untuk steak, bakery, tempe. Setelah itu baru untuk sabun, pembersih lantai, dan sebagainya, terus limbahnya untuk pewarna batik. Setelah pewarna batik, ampasnya lagi untuk, sebagai pengganti bahan bakar atau briket,” kata Isroi Yati.
Melalui Batik SeRu (Seni Batik Mangrove Rungkut Surabaya) serta Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Griya Karya Tiara Kusuma yang didirikan oleh Lulut Sri Yuliani, masyarakat diajak untuk menjaga serta melestarikan hutan mangrove, sambil mempromosikan dan mendistribusikan produk-produk hasil olahan mangrove yang dibuat oleh warga setempat.
Dikatakan oleh Lulut Sri Yuliani, yang berhasil meraih penghargaan Kalpataru untuk kategori perintis lingkungan pada 2011, pengembangan ekonomi masyarakat di kawasan pantai dan sekitarnya dapat seiring sejalan dengan upaya penyelamatan lingkungan khususnya hutan mangrove, dari perusakan maupun penebangan liar yang sempat terjadi sebelumnya.
Berawal dari usahanya membuat Batik Mangrove yang mengangkat mangrove sebagai ikon baru kota Surabaya, Lulut mengajari dan menggerakkan masyarakat untuk menghasilkan produk yang mendatangkan pendapatan secara ekonomi, namun dengan tetap menjaga dan melestarikan ekosistem hutan mangrove yang ada.
“Kalau ini bukan sekedar batik ya, jadi Batik Mangrove ini bukan sekedar membikin batik dijual itu bukan, tetapi harus untuk lingkungan , untuk konservasi, karena semua penjualannya untuk konservasi. Orang menggunakan ini kan bangga, karena dia juga turut serta membangun konservasi," kata Lulut Sri Yuliani, Penggagas Batik Mangrove.
"Makanya kenapa kita berikan sertifikat untuk Batik Mangrove ini, karena tujuannya kita menghargai karya seni, satu desain satu orang, kemudian satu pohon atas nama pembeli, namun disusul oleh UKM (usaha kecil menengah), semua labanya memang untuk tujuan konservasi, pengembangan riset, pemberdayaan masyarakat. Jadi memang tujuannya untuk bersama,” jelasnya.
Lulut menegaskan bahwa upaya menjaga serta melestarikan lingkungan dapat dilakukan siapa saja yang memiliki kemauan, sehingga manfaat ekonomi yang dihasilkan tanpa merusak lingkungan dapat dirasakan buahnya oleh masyarakat, selain manfaat kesimbangan serta keberlangsungan lingkungan jangka panjang untuk generasi penerus.
“Jadi orang dengan membangun lingkungan itu ternyata bisa sejahtera, kalau kita juga punya kepedulian dengan lingkungan, dan aman tidak perlu konflik (dengan manusia lain),” lanjut Lulut Sri Yuliani.