WASHINGTON, DC —
Setelah selama beberapa dasawarsa kehilangan lapangan kerja dan hijrah ke Tiongkok dan negara-negara lain yang menggaji buruhnya dengan upah rendah, serta keberhasilan memadukan teknologi canggih ke dalam proses produksinya, manufaktur Amerika kini kembali memperluas jangkauannya.
Meskipun sejauh ini, lapangan kerja hanya meningkat sedang-sedang saja, namun beberapa pabrik Amerika optimis, bahwa teknologi akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dengan ketrampilan tinggi bagi tenaga buruh yang digantikan oleh tenaga robot.
Mungkin ini merupakan permulaan dari sebuah kecenderungan baru manufaktur Amerika. Sunit Saxena baru saja memindahkan operasi produksi pabriknya, dari Tiongkok ke Amerika.
“Seperti halnya bisnis lainnya, kami memulai perusahaan kami di Tiongkok, karena upah buruh yang murah, tapi kemudian mereka mulai menaikkan standar upah mereka di Tiongkok,” kata Sunit Saxena, direktur Altierre Digital Retail di San Jose, California.
Perusahaannya memproduksi label-label dan tanda-tanda harga secara digital, yang dapat diperbarui dengan komputer.
Altierre kini mempunyai sekitar 50 sampai 60 pekerja, lebih sedikit daripada yang dia miliki di Tiongkok, dan membayar mereka sekitar sepuluh dolar, per jam. Dengan menggunakan stasiun ujicoba elektronik baru, menurut Saxena perusahaannya berhasil melipatgandakan produktifitas sehingga mampu meningkatkan daya saing dari segi biaya dengan Tiongkok.
Perusahaan itu berencana meningkatkan operionalnya menjadi otomatis – tidak untuk menggantikan semua pekerjanya - tapi membuat upah buruh tidak menjadi beban biaya yang besar dari keseluruhan produksi.
“Sekarang kami dapat meningkatkan kapasitas (produksi) kami. Dengan demikian kami bisa melayani lebih banyak pesanan, dengan kemampuan mengolah lebih banyak, dan ruangan pabrik lebih kecil serta lebih sedikit menggunakan tenaga manusia, kami membuat pegawai kami lebih produktif daripada di negara Timur jauh tersebut,” jelas Saxena.
Earthbound Farm, salah satu dari produser terbesar makanan organik di Amerika, juga memanfaatkan tekhnologi untuk meningkatkan produktifitasnya.Belum lama ini, perusahaan itu mengerahkan robot untuk mengemas produk-produknya. Satu robot bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh empat orang pekerja. Tapi Wakil Direktur, Will Daniels mengatakan, tidak seorangpun kehilangan pekerjaan akibat penerapan teknologi ini.
“Daripada mem-PHK pekerja-pekerja itu, kami melatih mereka agar menguasai seperangkat keterampilan yang lebih tinggi. Mereka semula bekerja di jalur pengepakan produk, di mana robot-robot itu kini menggantikan mereka, dan mereka mengoperasikan robot-robot itu," kata Will Daniels.
Sampai sekarang, teknologi otomatisasi kebanyakan digunakan untuk melakukan tugas-tugas yang punya gerakan yang sama dan berulang-ulang.Tapi pengembang teknologi seperti Troy Straszheim sedang mengembangkan robot dengan kemampuan baru.
“Jenis-jenis permasalahan yang berhasil dipecahkan dengan baik dalam industri sekarang ini adalah, tugas-tugas yang tidak melibatkan proses berpikir atau melihat di pihak robotnya. Karena itu, kini kami mencoba melengkapi robot-robot itu dengan daya pikir dan melihat,” ungkap Troy Straszheim.
Melalui kamera dan sensor, Straszheim mengembangkan mesin yang bisa mengenali dan memilih bentuk-bentuk khusus - dalam hal ini, menciptakan robot yang bisa digunakan di dok dan galangan kapal.
Inovasi teknologi seperti ini, membantu manufaktur Amerika untuk memperluas jangkauan untuk pertama kalinya dalam satu dasawarsa. Pejabat-pejabat industri mengatakan, otomatisasi akan mengarah pada pekerjaan yang memerlukan keterampilan lebih tinggi dan upah lebih besar bagi para pekerjanya, sementara perusahaan-perusahaan memperluas operasi mereka di Amerika.
Meskipun sejauh ini, lapangan kerja hanya meningkat sedang-sedang saja, namun beberapa pabrik Amerika optimis, bahwa teknologi akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dengan ketrampilan tinggi bagi tenaga buruh yang digantikan oleh tenaga robot.
Mungkin ini merupakan permulaan dari sebuah kecenderungan baru manufaktur Amerika. Sunit Saxena baru saja memindahkan operasi produksi pabriknya, dari Tiongkok ke Amerika.
“Seperti halnya bisnis lainnya, kami memulai perusahaan kami di Tiongkok, karena upah buruh yang murah, tapi kemudian mereka mulai menaikkan standar upah mereka di Tiongkok,” kata Sunit Saxena, direktur Altierre Digital Retail di San Jose, California.
Perusahaannya memproduksi label-label dan tanda-tanda harga secara digital, yang dapat diperbarui dengan komputer.
Altierre kini mempunyai sekitar 50 sampai 60 pekerja, lebih sedikit daripada yang dia miliki di Tiongkok, dan membayar mereka sekitar sepuluh dolar, per jam. Dengan menggunakan stasiun ujicoba elektronik baru, menurut Saxena perusahaannya berhasil melipatgandakan produktifitas sehingga mampu meningkatkan daya saing dari segi biaya dengan Tiongkok.
Perusahaan itu berencana meningkatkan operionalnya menjadi otomatis – tidak untuk menggantikan semua pekerjanya - tapi membuat upah buruh tidak menjadi beban biaya yang besar dari keseluruhan produksi.
“Sekarang kami dapat meningkatkan kapasitas (produksi) kami. Dengan demikian kami bisa melayani lebih banyak pesanan, dengan kemampuan mengolah lebih banyak, dan ruangan pabrik lebih kecil serta lebih sedikit menggunakan tenaga manusia, kami membuat pegawai kami lebih produktif daripada di negara Timur jauh tersebut,” jelas Saxena.
Earthbound Farm, salah satu dari produser terbesar makanan organik di Amerika, juga memanfaatkan tekhnologi untuk meningkatkan produktifitasnya.Belum lama ini, perusahaan itu mengerahkan robot untuk mengemas produk-produknya. Satu robot bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh empat orang pekerja. Tapi Wakil Direktur, Will Daniels mengatakan, tidak seorangpun kehilangan pekerjaan akibat penerapan teknologi ini.
“Daripada mem-PHK pekerja-pekerja itu, kami melatih mereka agar menguasai seperangkat keterampilan yang lebih tinggi. Mereka semula bekerja di jalur pengepakan produk, di mana robot-robot itu kini menggantikan mereka, dan mereka mengoperasikan robot-robot itu," kata Will Daniels.
Sampai sekarang, teknologi otomatisasi kebanyakan digunakan untuk melakukan tugas-tugas yang punya gerakan yang sama dan berulang-ulang.Tapi pengembang teknologi seperti Troy Straszheim sedang mengembangkan robot dengan kemampuan baru.
“Jenis-jenis permasalahan yang berhasil dipecahkan dengan baik dalam industri sekarang ini adalah, tugas-tugas yang tidak melibatkan proses berpikir atau melihat di pihak robotnya. Karena itu, kini kami mencoba melengkapi robot-robot itu dengan daya pikir dan melihat,” ungkap Troy Straszheim.
Melalui kamera dan sensor, Straszheim mengembangkan mesin yang bisa mengenali dan memilih bentuk-bentuk khusus - dalam hal ini, menciptakan robot yang bisa digunakan di dok dan galangan kapal.
Inovasi teknologi seperti ini, membantu manufaktur Amerika untuk memperluas jangkauan untuk pertama kalinya dalam satu dasawarsa. Pejabat-pejabat industri mengatakan, otomatisasi akan mengarah pada pekerjaan yang memerlukan keterampilan lebih tinggi dan upah lebih besar bagi para pekerjanya, sementara perusahaan-perusahaan memperluas operasi mereka di Amerika.