Sistem pendidikan India telah lama berfokus pada prestasi akademik, tetapi dalam inisiatif yang unik, pemerintah Delhi telah memperkenalkan "Class of Happiness" di sekolah negeri kota itu untuk mengubah fokus pada kesejahteraan emosional. Para pendidik berharap ide tersebut, yang dipengaruhi oleh negara tetangganya yang kecil, Bhutan, akan membantu mengurangi stres dan kecemasan yang meningkat di negara yang peringkatnya rendah pada Indeks Kebahagiaan Dunia.
Wartawan VOA Anjana Pasricha mengunjungi sebuah sekolah di ibu kota India tersebut lima bulan setelah program itu diperkenalkan untuk melihat bagaimana hasilnya.
Berbekal buku pegangan untuk kebahagiaan, seorangguru meminta anak-anak kelas enam menutup mata selama beberapa menit untuk mempelajari cara bersemadi. Kemudian dia menyampaikan kisah inspiratif. Para siswa berpartisipasi dengan antusias. Tak lama kemudian mereka beralih ke "aktivitas bermain", berpura-pura melempar bola.
Setelah lima bulan, "Class of Happiness" yang dilakukan pada awal pelajaran sekolah negeri di Delhi telah mengurangi stres bagi banyak siswa.
((Gaurav Kumar Tiwari, Sixth Grade student, Shaheed Hemu Kalani Sarvodaya School, Delhi, (Male in Hindi) ))
“Kami harus segera membuka buku, berkonsentrasi ke papan tulis dan berusaha memahami pelajaran. Langsung masuk ke dalam studi menjengkelkan. Sekarang setelah ada kelas kebahagiaan, saya merasa lebih tenang dan saya dapat berfokus lebih baik pada pelajaran,” kata Gaurav Kumar Tiwari, siswa kelas enam, SD Shaheed Hemu Kalani Sarvodaya, Delhi.
Kelas kebahagiaan tidak akan meringankan tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik - tas sekolah, simbol sistem yang sangat kompetitif, berat sekali sehingga pemerintah baru-baru ini menerapkan pembatasan berat beban tas sekolah. Ini semua persiapan yang lebih awal untuk dapat masuk ke universitas bergengsi.
“Setelah sekolah, saya belajar selama setengah jam, lalu menghadiri kelas pelatihan, kemudian bermain sebentar di taman, kemudian belajar dari jam 8 hingga 10 dan kemudian makan malam,” kata Kusum Kumari, siswi kelas lima.
Menteri Pendidikan Delhi, Manisih Sisodia, yang mempelopori proyek dalam sistem pendidikan yang kaku tersebut, berharap kelas baru ini akan memberikan keseimbangan. “Seluruh ketegangan, beban yang berlebihan, ujian, kecemasan, kemudian kegagalan, kesuksesan - semua kata-kata kunci ini terus berdengung di dalam pikiran kita dan tidak ada kebahagiaan sama sekali,” jelasnya.
Kelas kebahagiaan itu tidak dinilai lewat ujian. Selain menyediakan alat untuk mengatasi stres, kelas itu juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti seperti mengatakan kebenaran atau tidak mencuri. Cerita-cerita yang disampaikan guru kelas itu mendorong siswa, banyak dari keluarga yang kurang beruntung, agar tetap percaya pada diri mereka sendiri. Lima bulan kemudian, Kedar Singh telah melihat perubahan.
“Cerita bohong mereka berkurang, mereka berhenti membolos, mereka duduk, dan berfokus lebih baik pada pelajaran ... Mereka juga menjadi tidak mudah marah. Mereka biasa mengeluh kepada guru tentang temannya, tapi itu berkurang,” jelasnya.
Sebagian besar pendidik setuju bahwa fokus pada kesejahteraan emosional sudah lama tertunda bagi generasi yang menghadapi tantangan baru. [as]