Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres pada Senin (25/10) mengumumkan penunjukan Noeleen Heyzer dari Singapura sebagai utusan khusus barunya untuk Myanmar.
Heyzer akan menggantikan Christine Schraner Burgener dari Swiss, yang akan mengundurkan diri pada Minggu (31/10) setelah menjabat posisi tersebut selama tiga setengah tahun.
Schraner Burgener telah menghabiskan sembilan bulan terakhir berurusan dengan dampak dari kudeta militer Myanmar pasca pemilihan umum pada November tahun lalu, yang telah menjerumuskan negara di Asia Tenggara itu dalam kekacauan dan kekerasan.
Lebih dari 1.100 warga sipil tewas, ribuan dipenjara dan lebih dari 250.000 mengungsi.
Heyzer, mantan pejabat PBB, menghadapi tantangan berat dalam peran barunya.
Militer Myanmar telah mengabaikan tekanan internasional untuk membatalkan kudeta yang mereka lakukan pada Februari lalu dan mengembalikan kekuasaan kepada Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang telah memenangkan pemilu secara demokratis.
Kekerasan telah menyebar ke seluruh pelosok Myanmar, dan Pemerintah Persatuan Nasional (NLD) telah membentuk Angkatan Pertahanan Rakyatnya sendiri. [lt/jm]