Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mengenai kemungkinan pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, sementara kekerasan membuat ribuan orang mengungsi ke Bangladesh.
“Saya kira kita menghadapi risiko itu, mudah-mudahan tidak terjadi,” kata Guterres ketika ditanya apakah situasi HAM di Rakhine merupakan pembersihan etnis. Guterres juga menghimbau penguasa sipil dan militer Myanmar agar mengakhiri kekerasan yang menurutnya menimbulkan situasi yang dapat mengganggu kestabilan kawasan.
PBB memperkirakan hampir 125 ribu pengungsi Rohingya telah lari ke Bangladesh dalam dua pekan terakhir.
“Mereka tersebar di desa-desa,kamp-kamp pengungsi di lokasi-lokasi yang disiapkan seadanya di Bangladesh tenggara,” kata Vivian Tan, kahumas UNHCR Asia kepada VOA. “Banyak dari mereka datang dalam keadaan sangat menyedihkan, mereka mengatakan telah berjalan berhari-hari, dan tidak makan sejak meninggalkan rumah. Kondisi fisik mereka sangat buruk.”
Tan menambahkan dua kamp pengungsi resmi di Bangladesh sudah kewalahan sementara pengungsi masih berdatangan setiap hari.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menghimbau masyarakat internasional agar menekan Myanmar supaya berhenti mendesak warga Rohingya ke Bangladesh dan menerima kembali para pengungsi. [ds]