Jeirry Sumampouw, Defy Indiyanto Budiarto, Romo Benny Susetyo, dan Alissa Wahid mengundang belasan tokoh lintas agama dan budayawan untuk berkumpul di Yogyakarta hari Jumat guna merumuskan pesan perdamaian yang disampaikan ketika umat Muslim mengawali ibadah puasa di bulan Ramadan. Para tokoh tersebut di antaranya Ahmad Syafii Maarif, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohamad Sobary, pendeta Gomar Gultom, serta KH Imam Azis.
Mereka menyampaikan lima butir pernyataan yang dibacakan guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Abdul Munir Mulkhan, umumnya ditujukan kepada pemerintah, yaitu : seluruh elemen bangsa khususnya pemerintah harus melakukan penyadaran tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang bhineka, pemerintah harus tegas menanggapi situasi yang menjurus kepada keretakan bangsa, dan pemerintah memiliki satu sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi tantangan berbangsa. Dua butir lainnya adalah soal perlunya memperkuat kembali pendidikan politik dan sejarah kebangsaan, serta membangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah menyatakan, kondisi Indonesia saat ini sedang kritis.
“Keadaan memang kritis tetapi menurut saya masih bisa diatasi asalkan pemerintah terutama presiden dan kabinet betul-betul menyadari keadaan ini krisis. Dan kita semua bersumbang pikiran kepada negara, kepada pemerintah agar jangan lagi membiarkan kelompok-kelompok yang mengganggu negara, Pancasila dan yang menganggu kebhinekaan itu tidak dibiarkan tumbuh berkembang,” ujar Buya Ahmad Syafi’i Maarif.
Sementara Ida Bagus Agung wakil dari umat Hindu menyatakan, saat ini Indonesia mengalami zaman kebingungan.
“Kita saat ini berada pada zaman Besi, Ki Hajar Dewantara mengatakan zaman kebingungan, Ronggo Warsito menamakan zaman Kolobendu; manusia yang tidak eling lan waspodo menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapi tujuan. Kita harus melawan kekerasan dengan mengambangkan kasih sayang,” ujar Ida Bagus Agung.
“Menjaga dan merawat bangsa dari bermacam rongrongan yang bersifat kesukuan, agama maupun pertikaian yang tujuannya untuk mengobrak-abrik negara Indonesia adalah kewajiban kita semua. Oleh karena itu kita harus bersatu untuk melawan kedholiman dan ketidak-adilan yang muncul di negara Indonesia,” ujar Ny. Shinta Nurriyah Abdurrahman Wahid.
Prof. Quraish Shihab dalam pesan video mengharapkan peran ulama untuk memberikan rasa lebih tenang dan damai kepada masyarakat. Sementara pendeta Gomar Gultom mengajak bangsa Indonesia kembali pada jati diri Pancasila dan ketegasan pemerintah dalam bertindak agar bisa keluar dari krisis.
Aktivis yang juga putri mendiang presiden Abdurrahman Wahid – Alissa Wahid – mengatakan pesan damai tersebut akan terus dikumandangkan melalui pesan damai yang akan diadakan di kota lain dan disampaikan kepada pemerintah. Dipilihnya awal bulan Ramadan, menurut Alissa Wahid, untuk mencari suasana spiritual.
“Kita ingin memastikan bahwa dalam suasana Ramadan situasi keagamaannya betul-betu spiritual, menyejukkan dan juga membawa ummat bahwa menjadi ummat beragama itu berarti mencintai orang-orang yang berbeda,” ujar Alissa Wahid. [ms/em]