Alaska terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan belum banyak terjamah manusia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Fairbanks, kota terbesar kedua di negara bagian ini, memiliki udara musim dingin terburuk di Amerika Serikat. Sejumlah ilmuwan baru-baru ini berusaha mencari tahu sumber-sumber polusi udara kota itu dan bagaimana perilaku polutan-polutan tersebut dalam iklim yang dingin.
Udara Fairbanks secara rutin tercatat memiliki kandungan unsur-unsur berbahaya seperti partikulat halus, partikel padat dan tetesan cair (liquid droplet) yang melebihi batas nasional yang ditetapkan Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) terkait kualitas udara. Unsur-unsur itu dapat terhirup dan menyebabkan masalah kesehatan, bahkan kematian.
Selama tujuh pekan musim dingin yang baru saja berlalu, sekitar 50 ilmuwan dari AS dan Eropa datang ke Fairbanks untuk mempelajari sumber-sumber polusi udara, bagaimana polutan-polutan itu berinteraksi dalam iklim kota yang dingin dan gelap. Tujuan mereka adalah menyusun rekomendasi mengenai praktik-praktik apa yang sebaiknya digelar Fairbanks untuk menciptakan udara segar yang menyehatkan.
Bill Simpson dari Lembaga Geofisika Fairbanks di Universitas Alaska adalah pemimpin proyek penelitian itu. Ia menjelaskan pentingnya penelitian itu.
"Kami memilih Fairbanks untuk penelitian ini, karena kota ini adalah salah satu tempat paling tercemar di Amerika Serikat. Fairbanks melanggar Undang-Undang Udara Bersih untuk polusi partikulat halus, yang disebut PM2.5. Ini adalah partikel yang bisa masuk jauh ke dalam paru-paru Anda, dan menyebabkan masalah kesehatan. Udara yang dingin menjebak partikel-partikel itu,” jelasnya.
Sebuah tim dari Swiss yang terlibat dalam penelitian itu memanfaatkan balon tertambat yang menjulang setinggi 365 meter dan dilengkapi berbagai instrumen yang mampu mengukur berbagai karakteristik aerosol dan gas. Sebuah instrumen memungkinkan mereka mengevaluasi profil vertikal atmosfer.
Roman Pohorsky, mahasiswa program doktoral di EPFL, sebuah lembaga sains dan teknologi di Swiss, mengungkapkan manfaat balon itu.
"Kami mencoba memahami apa yang terjadi di tempat yang lebih tinggi karena pengukuran yang kami lakukan di lapangan tidak selalu memberitahu kami apa yang terjadi di tempat yang lebih tinggi,” imbuhnya.
Apa yang ditemukan para peneliti dapat membantu para perencana kota membuat keputusan yang lebih baik tentang di mana menempatkan pembangkit listrik atau tempat-tempat peleburan logam. Temuan mereka juga bisa menjadi pedoman para pembuat undang-undang dalam membuat peraturan terkait bahan kimia dalam minyak atau sumber-sumber energi lain.
Seperti Salt Lake City dan kota-kota lain yang dikelilingi oleh pegunungan, Fairbanks mengalami apa yang disebut winter inversion (pembalikan musim dingin). Pada kondisi normal, udara dingin berada di atas, udara yang lebih hangat berada di bawah. Pada kawasan yang mengalami winter inversion, udara yang dingin terus terjebak di bawah, dan tertutup lapisan udara yang hangat. Walhasil, meskipun bertiup kencang, angin tidak membantu menghilangkan partikel-partikel berbahaya dalam lapisan udara bawah.
Di Fairbanks, sumber utama polusi adalah tungku pembakaran kayu, yang umum di daerah ini mengingat kayu berlimpah dan murah. Tungku-tungku itu secara intensif dimanfaatkan untuk menghangatkan ruangan mengingat suhu udara bisa mencapai minus 40 derajat Celsius atau bahkan lebih dingin lagi. Sumber-sumber lainnya adalah sistem pembuangan kendaraan, emisi pembangkit listrik, dan minyak pemanas. [ab/uh]