Tautan-tautan Akses

Sejumlah Anggota Kongres Desak Trump Selesaikan Kebuntuan RUU Anggaran


Para pencari kerja duduk menjaga jarak menunggu di kantor tenaga kerja Heartland Workforce Solutions di Omaha, Nebraska, 15 Juli 2020. (Foto: AP)
Para pencari kerja duduk menjaga jarak menunggu di kantor tenaga kerja Heartland Workforce Solutions di Omaha, Nebraska, 15 Juli 2020. (Foto: AP)

Hingga Minggu (27/12) tidak ada tanda-tanda bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menandatangani Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran dan tunjangan bantuan untuk mengatasi dampak pandemi virus corona.

Padahal tunjangan pengangguran itu masa berlakunya habis pada 26 Desember dan sebagian operasi pemerintahan mungkin terhenti karena anggaran habis.

Sejumlah anggota Kongres berupaya meminta Presiden Trump untuk memecahkan kebuntuan yang dibuatnya setelah menolak menandatangani RUU Anggaran yang dikirim Kongres awal pekan lalu.

Nasib paket bipartisan itu masih tidak pasti setelah Trump secara tidak terduga menyerang kedua faksi di Kongres, menuntut pembagian tunjangan untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang lebih besar dan mengeluhkan tentang pengeluaran untuk “daging babi." Bahkan ketika tunjangan untuk membantu jutaan warga Amerika yang berjuang memenuhi kebutuhan mereka berakhir pada Sabtu (26/12) tengah malam.

Pemerintah federal juga akan kehabisan anggaran operasi jika hingga Selasa (29/12) pukul 00.01 waktu setempat Trump tetap menolak menandatangani RUU itu.

Dalam menghadapi kesulitan ekonomi dan perebakan pandemi, sejumlah anggota Kongres berupaya mendesak Trump untuk menandantangani RUU itu dan meminta Kongres untuk menindaklanjutinya dengan memberi lebih banyak bantuan.

“Apa yang dilakukan presiden sekarang ini sangat luar biasa kejam,” ujar Senator Bernie Sanders dari negara bagian Vermont. “Begitu banyak orang yang terluka,” ujar Bernie di program “This Week” di stasiun televisi ABC.

Senator Pat Toomey dari negara bagian Pennsylvania menilai Trump seharusnya menandatangani RUU itu, dan baru kemudian mengajukan tawaran bantuan yang lebih besar.

“Kita sudah memiliki RUU yang juga telah dirundingkan dengan pemeritahannya. Saya kira kita harus menyelesaikannya,” ujar Toomey di Fox News Sunday.

Hal senada disampaikan Gubernur Maryland Larry Hogan, seorang anggota Partai Republik yang mengkritik tanggapan Trump untuk mengatasi pandemi ini dan upayanya mengubah hasil pilpres.

“Saya sudah menyerah untuk mengira-ngira apa yang akan dilakukannya,” ujar Hogan yang berbicara di program “This Week” di stasiun televisi ABC

Trump menghabiskan hari Minggunya dengan bermain golf di West Palm Beach, Florida. Ia tidak memberikan isyarat untuk menandatangani RUU itu menjadi undang-undang ketika ia menghabiskan hari-hari terakhir masa kepresidenannya dalam kemarahan. Ketidakpuasannya pada RUU itu semakin meningkat beberapa hari terakhir ini, yang dituangkannya dalam cuitan di Twitter.

“Saya hanya ingin warga kita yang hebat ini diberi $2.000, bukan hanya 600 dolar yang kini ada dalam RUU itu,” cuitnya hari Sabtu (26/12).

Cuitan itu diulanginya pada Minggu (27/12). “$2.000 + $2.000 tambahan bagi anggota-anggota keluarga. Bukan $600. Ingat, ini kesalahan China!”

Washington D.C. terguncang ketika Trump menolak RUU itu, tanpa peringatan sebelumnya, setelah mendapat banyak dukungan dari kedua majelis di Kongres dan setelah Gedung Putih meyakinkan para pemimpin faksi Republik bahwa Trump akan mendukung RUU itu.

Sebaliknya Trump justru mengecam bagian dari RUU itu yang akan memberikan tunjangan bantuan untuk mengatasi pandemi Covid-19 sebesar $600 kepada sebagian besar warga Amerika, dan bersikeras bahwa tunjangan itu seharusnya dinaikkan menjadi $2.000.

RUU itu juga mencakup anggaran pemerintah senilai $1,4 triliun agar pemerintah dapat beroperasi hingga September nanti. Jika hingga Selasa (29/12) dinihari RUU ini tidak ditandatangani maka sebagian operasi pemerintah akan berhenti atau dikenal dengan istilah “government shutdown.” [em/jm]

XS
SM
MD
LG