Lima puluh orang, termasuk bintang Hollywood Felicity Huffman dan Lori Loughlin, hari Selasa (12/3) didakwa terlibat skema suap ujian penerimaan perguruan tinggi. Dalam skandal ini para orang tua yang kaya raya diduga telah menyuap sejumlah pelatih dan orang dalam di perguruan tinggi agar anak-anak mereka dapat lolos di kampus-kampus paling bergengsi di Amerika.
Otorita pemerintah federal menyebut skema ini sebagai skandal suap ujian masuk perguruan tinggi terbesar yang pernah diselidiki Departemen Kehakiman Amerika. Dalam skandal ini para orang tua secara keseluruhan telah membayar uang suap sekitar 25 juta dolar.
“Para orang tua ini adalah katalog kekayaan dan keistimewaan,’’ ujar Jaksa Agung distrik Massachussets, Andrew Lellling ketika mengumumkan hasil penyelidikan yang diberi kode ‘’Operation Varsity Blues.’’
Banyak Muncul Keluhan: Anak Orang Kaya Punya Jalur Khusus Masuk Perguruan Tinggi
Skandal ini dipastikan akan memicu kembali keluhan sejak lama bahwa anak-anak orang kaya dan mereka yang memiliki koneksi memiliki jalur tersendiri dalam penerimaan perguruan tinggi, kadangkala lewat sumbangan dalam jumlah besar atau jalur istimewa lain.
Sedikitnya sembilan pelatih atletik dan 33 orang tua, sebagian diantaranya adalah tokoh berpengaruh dalam bidang hukum, keuangan, bisnis dan bintang film; ikut didakwa dalam penyelidikan ini. Puluhan orang, termasuk aktris Felicity Huffman, ditangkap Selasa (12/3) siang.
“Orang dalam” ini bekerja di kampus-kampus bergengsi seperti Yale, Stanford, Georgetown, Wake Forest, University of Texas, University of Southern California dan University of California di Los Angeles. Seorang mantan pelatih sepakbola Yale mengaku bersalah dan membantu aparat untuk menyelidiki kasus ini lebih jauh.
Bagaimana Skema Suap Ini Berlangsung?
Tim jaksa mengatakan para orang tua ini membayar seorang konsultan ujian penerimaan mahasiswa dari tahun 2011 hingga Februari lalu, untuk menyuap para pelatih dan administrator guna “memoles” anak-anak mereka seakan-akan merupakan bintang olahraga (atlet), sehingga meningkatkan peluang masuk ke perguruan tinggi tersebut. Konsultan ini juga mempekerjakan beberapa “orang dalam” (semacam 'joki') untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, serta membayar “orang dalam” lainnya di pusat pengujian untuk mengubah nilai siswa.
Untuk itu para orang tua ini membayar antara 200 ribu hingga 6,5 juta dolar sebagai jaminan agar anaknya diterima di perguruan tinggi tersebut.
“Untuk setiap mahasiswa yang masuk lewat jalur suap ini, ada seorang siswa yang benar-benar berbakat dan jujur yang ditolak,” ujar Lelling.
Beberapa terdakwa, termasuk Huffman, dituduh berkonspirasi melakukan penipuan, dan dapat dijatuhi hukuman hingga 20 tahun penjara.
Lelling mengatakan penyelidikan masih berlanjut dan otorita berwenang yakin masih banyak orang tua lain yang terlibat.
Kampus Tak Jadi Target “Operation Varsity Blues”
Meskipun demikian Lelling menggarisbawahi bahwa kampus-kampus yang disebut, tidak menjadi target penyelidikan ini.
Belum ada siswa atau mahasiswa yang didakwa. Otorita berwenang mengatakan dalam banyak kasus, para remaja itu tidak mengetahui apa yang terjadi.
“Operation Varsity Blues” dimulai ketika otorita berwenang mendapat petunjuk awal tentang skema ujian masuk perguruan tinggi dari seseorang yang diinterogasi secara terpisah, ujar Lelling. Namun ia tidak merinci lebih jauh petunjuk awal yang dimaksudnya ini.
Sejumlah pelatih olahraga, seperti dalam bidang sepakbola, berlayar, tenis, polo air dan bola voli, menerima uang suap untuk memasukkan siswa-siswa tertentu dalam daftar atlet yang akan direkrut, walaupun mereka tidak memiliki kemampuan dan pengalaman. Walhasil hal ini akan meningkatn peluang diterima dalam ujian masuk perguruan tinggi.
Tim jaksa mengatakan para orang tua ini juga diperintahkan untuk mengaku bahwa anak-anak mereka memiliki ketidakmampuan belajar sehingga dapat mengikuti ujian ACT dan SAT secara terpisah, dalam waktu yang lebih lama. Hal ini memudahkan para pelaku skema penipuan ini untuk melakukan aksi mengubah jawaban atau nilai, ujar jaksa penuntut.
Lebih dari 300 agen FBI dan IRS diikutsertakan dalam ‘’Operation Varsity Blues’’ ini. (em)