Tautan-tautan Akses

Saudara Laki-laki Aktivis Kamboja Ditangkap di Perbatasan


File - Foto Hay Vannith saat sedang rapat dengan zoom, yang diposting di media sosial.
File - Foto Hay Vannith saat sedang rapat dengan zoom, yang diposting di media sosial.

Saudara laki-laki seorang aktivis terkemuka Kamboja telah ditangkap oleh pihak berwenang setempat, menurut aktivis tersebut dan sebuah kelompok HAM Thailand.

Hay Vannith, cendikiawan Kamboja, ditangkap dan ditahan di perbatasan Poi Pet di Kamboja barat laut setelah mencoba melakukan perjalanan ke Thailand, kata Hay Vanna kepada VOA.

Hay Vanna, sktivis politik Kamboja yang tinggal di Jepang, mengatakan Vannith ditahan pada hari Jumat.

“Saudara saya tidak ada hubungannya dengan advokasi politik saya,'' katanya kepada VOA pada Senin malam. ''Dia adalah seorang cendikiawan, pegawai negeri dan profesor di Institut Kesehatan Masyarakat Nasional. Saya menyerukan pembebasannya segera. Sudah lebih dari 48 jam sejak kami kehilangan kontak pada 16 Agustus.”

Vannith, 28, belajar di AS sebagai penerima beasiswa Fulbright dan mahasiswa pascasarjana di Food Science Institute di Kansas State University. Dia bekerja sebagai pegawai negeri di Kementerian Kesehatan di Kamboja.

Kelompok HAM yang berbasis di Bangkok, Manushya Foundation, juga melaporkan penahanan tersebut.

Hay Vanna adalah direktur Gerakan Penyelamatan Nasional Kamboja biro Jepang. Para pendukungnya termasuk sejumlah mantan anggota Partai Penyelamatan Nasional Kamboja. Partai tersebut, yang sering dikenal sebagai CNRP, dinyatakan ilegal pada tahun 2017 oleh Mahkamah Agung Kamboja setelah dinyatakan bersalah berkonspirasi untuk menggulingkan pemerintah. Partai ini merupakan satu-satunya penantang yang kredibel terhadap Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang berkuasa pada pemilu nasional tahun 2013 dan menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan pada pemilu lokal tahun 2017.

Vanna terus bekerja untuk Gerakan Penyelamatan Nasional Kamboja di Jepang. Aktivitasnya di luar negeri menarik perhatian pihak berwenang Kamboja.

Dalam sambutannya yang disiarkan TV pemerintah pada tanggal 23 Juli, mantan Perdana Menteri Hun Sen, yang memerintah Kamboja selama hampir 40 tahun hingga tahun lalu, memperingatkan Vanna terkait advokasi politiknya.

“Setelah memposting pesan di media sosial saya, orang bernama Hay Vanna yang tinggal di Jepang ini mengomentari apa yang disebut sebagai penyerahan empat provinsi di Kamboja kepada pihak-pihak lain,” kata Hun Sen. ''Saya tidak menjawab. Sebaliknya, saya langsung memblokirnya. Namun kamu (Vanna, red) tidak perlu bingung karena kamu punya keluarga di Kamboja. Dan mereka yang tinggal di sini tidak boleh sombong. Setelah mendengar pesan Vanna itu… kamu harus berhenti, kalau tidak…..”

Komentar Hun Sen berkaitan dengan Segitiga Pembangunan Kamboja-Laos-Vietnam, sebuah proyek yang mendorong perdagangan ekonomi, namun para aktivis telah menyuarakan kritik, dengan menyatakan bahwa Kamboja berisiko menyerahkan tanahnya kepada Vietnam.

Khawatir akan adanya pembalasan, keluarga Vanna terdorong untuk meninggalkan Kamboja pada awal Agustus.

“Seluruh (keluarga) saya melarikan diri dari Kamboja pada tanggal 4 Agustus. Tiba di Jepang pada tanggal 5 Agustus. (Saudara laki-laki saya) hendak berangkat pada tanggal 16 Agustus, (tetapi) tertangkap,” kata Vanna kepada VOA.

Vanna mengatakan dia tetap berhubungan dengan pihak berwenang Kamboja mengenai penahanan saudaranya. Foto Hay Vannith dalam tahanan dan dokumen catatan penangkapannya telah dilihat oleh VOA.

Vanna Hay mengatakan pihak berwenang menuduh Vannith mencoba “menggulingkan pemerintah.”

“Dia terpaksa memberikan informasi yang tidak benar,” kata Vanna. “Saya menyerukan kepada rezim otoriter Hun Sen dan Hun Manet untuk lebih dewasa dan berani bermain politik dengan saya secara langsung, bukan dengan saudara saya. Dia tidak bersalah.”

Emilie Palamy Pradichit, pendiri Yayasan Manuysha, mengutuk penahanan tersebut, dan mengatakan bahwa Vannith “ditarget secara tidak adil.”

“Kami mengutuk keras penahanan sewenang-wenang terhadap Vannith Hay oleh pihak berwenang Kamboja,'' katanya kepada VOA. ''Dia menjadi sasaran yang tidak adil hanya karena keberanian saudaranya dalam mendukung demokrasi."

“Penahanan sewenang-wenang terhadap Vannith Hay melanggar komitmen Kamboja berdasarkan hukum internasional dan kewajibannya untuk menegakkan hak atas kebebasan, keamanan, dan kebebasan dari diskriminasi. Kami menyerukan pembebasan segera Vannith Hay dan mendesak pihak berwenang untuk berhenti menggunakan anggota keluarga sebagai pion dalam upaya mereka membungkam perbedaan pendapat.”

CPP telah mendominasi politik Kamboja selama lebih dari 40 tahun. Para pembangkang, kritikus yang blak-blakan, dan saingan politik CPP sering kali menghadapi masalah dengan hukum dan sistem hukum. [ab/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG