Tautan-tautan Akses

WHO: Hampir 1 Milyar Orang Berisiko Kehilangan Pendengaran Jelang 2050


ARSIP – Alat bantu pendengaran tampak dalam gambar dikenakan oleh seorang pendaki gunung asal Nepal, Min Bahadur Sherchan, 85, yang akan berusaha untuk mendaki puncak Everest untuk menjadi orang tertua yang menaklukkan puncak tertinggi di dunia, Nepal, 12 April 2017 (foto: REUTERS/Navesh Chitrakar)
ARSIP – Alat bantu pendengaran tampak dalam gambar dikenakan oleh seorang pendaki gunung asal Nepal, Min Bahadur Sherchan, 85, yang akan berusaha untuk mendaki puncak Everest untuk menjadi orang tertua yang menaklukkan puncak tertinggi di dunia, Nepal, 12 April 2017 (foto: REUTERS/Navesh Chitrakar)

Berkenaan dengan peringatan Hari Pendengaran Dunia, the World Health Organization (WHO) memperingatkan 1 dari 10 orang di tingkat global, atau lebih dari 900 juta, berisiko kehilangan indra pendengaran menjelang tahun 2050 kecuali tindakan pencegahan diambil sekarang.

The World Health Organization melaporkan 466 juta orang di sekeliling dunia saat ini menderita kehilangan pendengaran. Biaya tahunan untuk negara-negara dari segi layanan kesehatan langsung dan hilangnya produktivitas akibat ketidakmampuan ini diperkiraan mencapai $750 milyar.

Permasalahan akibat dari hilangnya indra pendengaran diperkirakan akan mengalami peningkatan akibat pertumbuhan populasi dan bertambahnya warga lansia – populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9 milyar jiwa menjelang tahun 2050.

Shelly Chadha, pejabat teknis pada Departemen Pencegahan Ketulian dan Kehilangan Indra Pendengaran dari WHO mengatakan peningkatan populasi lansia tidak berarti peningkatan kehilangan indra pendengaran tidak dapat dicegah. Ia mengatakan ada banyak faktor selain meningkatnya usia yang mempengaruhi indra pendengaran.

“Bisa jadi ini adalah faktor-faktornya seperti penyakit infeksi, yang mungkin kita hadapi di masa kanak-kanak – campak Jerman atau penyakit gondong, meningitis atau infeksi telinga. Mungkin ada faktor-faktor seperti paparan pada suara bising, seperti musik yang bising atau kebisingan di tempat kerja. Banyak dari penyebabnya dapat dicegah, dan dengan mengangkat permasalahan ini, kita dapat menekan atau meminimalisir risiko kehilangan indra pendengaran,” ujar Chadha.

WHO melaporkan sekitar 60 persen dari hilangnya pendengaran di kalangan anak-anak dapat dicegah. Tindakan-tindakan seperti mengimunisasi anak untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi, menyaraing dan merawat infeksi telinga kronis, mencegah konsumsi obat yang dapat berdampak pada indra pendengaran, dan mengendalikan paparan pada suara-suara bising dan musik.

Dalam kasus-kasus dimana kehilangan indra pendengaran tidak dapat dicegah, WHO mengatakan penderita dapat dibantu lewat teknologi seperti alat bantu pendengaran dan dengan implantasi alat pendengaran.

WHO mengatakan semua peralatan ini memberikan manfaat yang besar bagi penderita tunarungu karena semua peralatan tersebut memungkinkan mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan bersosialisasi dengan orang lain. [ww]

XS
SM
MD
LG