Juru bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, menyatakan saat ini Indonesia mulai bertransisi dari pandemi COVID-19 menuju fase endemi. Menurutnya, perubahan itu terlihat dari adanya penurunan tren angka kasus perawatan di rumah sakit termasuk layanan intensif dan kematian akibat COVID-19.
“Bisa dikatakan saat ini Indonesia sudah tidak lagi dalam kondisi kedaruratan dalam respons pandemi COVID-19 dan mulai bertransisi menuju fase endemi,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (10/5).
Menurunnya efek COVID-19 terhadap perilaku sosial dan ekonomi masyarakat juga menjadi indikator bahwa Indonesia mulai bertransisi menuju endemi. Kata Wiku, kini pertumbuhan ekonomi mulai meningkat, angka pengangguran menurun, indeks belanja, dan mobilitas masyarakat ke luar rumah juga meningkat. Kendati demikian, pengendalian serta pengawasan akan tetap dijalankan dengan bentuk yang menyesuaikan situasi dan kondisi terkini.
“Untuk itu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih diberlakukan sebagai instrumen pengendalian COVID-19 yang secara fakta telah mampu melandaikan kondisi kenaikan kasus dan mempertahankannya hingga saat ini. Selain itu penggunaan masker masih tetap diwajibkan sebagaimana arahan Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa itu menjadi bagian strategi pencegahan COVID-19 yang komprehensif,” ujarnya.
Wiku menambahkan, saat ini pemerintah telah resmi menyampaikan kebijakan PPKM akan berlanjut sampai kondisi COVID-19 pada tingkat internasional dan nasional dapat terkendali dengan baik. Dengan demikian per 10 Mei 2022 pemerintah kembali memperpanjang PPKM dengan merilis Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No 24 Tahun 2022 tentang PPKM di Pulau Jawa dan Bali. Lalu, Instruksi Mendagri No 25 Tahun 2022 tentang PPKM di wilayah non Pulau Jawa dan Bali.
“PPKM ini akan berlaku sampai tanggal 23 Mei 2022. Kemudian, masih ada satu wilayah Jawa yang berada di level III yaitu Kabupaten Pamekasan. Sedangkan, untuk wilayah non Jawa dan Bali masih terdapat 22 kabupaten/kota yang masih berada di level III,” pungkasnya.
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menilai seharusnya pemerintah menargetkan fase terkendali, bukan malah endemi.
“Mayoritas daerah di Indonesia (seharusnya) masuknya ke kategori terkendali sehingga tidak ada kasus lama berbulan-bulan atau cukup dalam satu tahun itu hanya beberapa saja, bahkan hindari angka kematian. Itu yang seharusnya kita jadikan target,” katanya kepada VOA.
Sambil menuju masa transisi, lanjut Dicky, pemerintah juga harus menyiapkan sejumlah kebijakan yang bukan hanya terkait perubahan perilaku masyarakat, namun semua aspek dan sektor untuk meminimalisir terjadinya penularan COVID-19.
“Situasi ini dinamis dan bervariasi antar daerah. Oleh karena itu tetap dalam masa yang seperti ini, tidak ada euforia. Kita harus berupaya melakukan yang terbaik dengan melakukan 5M dan akselerasi vaksinasi,” tandasnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Satgas COVID-19, 8 provinsi tujuan mudik terbesar: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Yogyakarta, Lampung, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar) mengalami perkembangan kasus yang bervariasi. Kasus positif mingguan di seluruh provinsi itu mengalami penurunan. Penambahan kasus positif COVID-19 pada seminggu terakhir tertinggi adalah DKI Jakarta yaitu 519 kasus dan terendah di Sumbar, 6 kasus.
Sedangkan, persentase kesembuhan di seluruh provinsi itu mengalami kenaikan per 9 Mei 2022. Persentase kesembuhan di seluruh provinsi tersebut bahkan telah lebih dari 90 persen. Persentase kesembuhan tertinggi yaitu DKI Jakarta sebanyak 98,7 persen, Jawa Barat 98,4 persen, dan Sumut 97,8 persen. [aa/ka]