PBB memperkirakan bahwa menjelang 2025 hampir dua miliar orang akan tinggal di tempat-tempat dimana tidak terdapat cukup air untuk bertahan hidup. Karena rata-rata tubuh manusia mengandung 60% air, dampak buruknya jauh dari sekedar haus. Karenanya, teknologi baru untuk mengubah air asin menjadi bisa diminum sangat menjanjikan.
Kekurangan air bisa berbahaya dan menjadi epidemi terburuk dan hal itu sudah lazim diketahui. Itulah sebabnya mengapa saringan grafena, molekul yang terdiri dari rangkaian atom karbon murni, sangat menjanjikan.
“Kita mengambil air yang kotor, campuran air yang berminyak dan menyalurkannya lewat sebuah pompa. Pompa pada dasarnya memompa air melalui selaput ini. Ini adalah oksidasi grafena, air melewatinya, air bersih keluar dan air yang kotor kembali,” kata Rahul Nair dari Universitas Manchester.
Para periset Manchaster menggunakan penyaring grafena karena saringan itu kuat, sangat fleksibel, secara elektrik kondusif dan transparan. Saringan itu juga ketebalannnya satu atom. Artinya cukup kecil untuk menyaring atom-atom garam.
“Masalahnya adalah ketika kita letakkan lembaran saringan terkena airsaringan jadi membesar. Kini kami sudah mengatasi masalah itu, jadi bisa menyaring air yang asin dalam unit saringan yang baru di mana kami bisa menyaring garam yang terkecil,” tambah Rahul.
Para periset mengatakan proses itu lebih cepat dari teknologi penyaringan yang ada sekarang dan jika saringan mereka yang kecil disesuaikan skalanya untuk tingkat industri akan lebih murah.
Rahul menjelaskan, “Tentu, harganya sedikit lebih mahal, saat ini karena penggunaan bahan itu sedikit. Kelak jika proses ini ditingkatkan dan kita ingin menggunakan bahan ini, harganya pasti turun."
Tim ini juga berupaya membuat saringan skala kecil untuk memastikan air bersih di daerah-daerah yang tidak memiliki air ledeng. [my/al]