Suara tenang air mancur di Tugu Peringatan Genosida Kigali berbeda mencolok dengan suara kekerasan yang mencengkeram Rwanda dari April sampai Juli 1994.
Genosida Rwanda, salah satu pembunuhan massal paling mengerikan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, diperkirakan menewaskan 800.000 orang. Presiden Paul Kagame menyelakan api pada tugu peringatan itu yang akan menyala selama 100 hari, menandai lamanya peristiwa itu ketika sejumlah besar warga, terutama suku Tutsi dan Hutus yang moderat, kehilangan nyawa mereka.
Ribuan warga Rwanda berkumpul di stadium nasional untuk memperingati tewasnya orang-orang yang dicintai dan mendengarkan pidato Presiden Kagame. Walaupun sudah 18 tahun berlalu, bagi sebagian orang peristiwa itu masih terasa seperti kemarin. Bahkan ketika Presiden Kagame berpidato, suasana emosional sangat terasa.
Presiden Kagame mengatakan, "Kami akan selalu mengingat mereka, sehingga bahkan mereka yang tidak mengalaminya bisa memetik pelajaran dari genosida itu dan sebab-sebab terjadinya, serta bisa mencegah kemungkinan terulangnya peristiwa tersebut."
Presiden Kagame juga menegur negara-negara yang melindungi para tersangka buronan yang merencanakan dan terlibat dalam genosida itu.
"Hampir tidak ada upaya untuk menahan mereka, dan ketika mereka melakukannya, tindakan itu hanya dimaksudkan untuk membutakan kami dan memberikan kesan kepada kami bahwa mereka sudah melakukan keadilan," lanjut Presiden Kagame.
Semua sekolah, arena olah raga, klub malam, dan tempat-tempat hiburan lain di Rwanda tutup selama seminggu. Semua orang diperkirakan menggunakan masa itu untuk mereflesikan apa yang terjadi di sana 18 tahun silam.
Genosida Rwanda, salah satu pembunuhan massal paling mengerikan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, diperkirakan menewaskan 800.000 orang. Presiden Paul Kagame menyelakan api pada tugu peringatan itu yang akan menyala selama 100 hari, menandai lamanya peristiwa itu ketika sejumlah besar warga, terutama suku Tutsi dan Hutus yang moderat, kehilangan nyawa mereka.
Ribuan warga Rwanda berkumpul di stadium nasional untuk memperingati tewasnya orang-orang yang dicintai dan mendengarkan pidato Presiden Kagame. Walaupun sudah 18 tahun berlalu, bagi sebagian orang peristiwa itu masih terasa seperti kemarin. Bahkan ketika Presiden Kagame berpidato, suasana emosional sangat terasa.
Presiden Kagame mengatakan, "Kami akan selalu mengingat mereka, sehingga bahkan mereka yang tidak mengalaminya bisa memetik pelajaran dari genosida itu dan sebab-sebab terjadinya, serta bisa mencegah kemungkinan terulangnya peristiwa tersebut."
Presiden Kagame juga menegur negara-negara yang melindungi para tersangka buronan yang merencanakan dan terlibat dalam genosida itu.
"Hampir tidak ada upaya untuk menahan mereka, dan ketika mereka melakukannya, tindakan itu hanya dimaksudkan untuk membutakan kami dan memberikan kesan kepada kami bahwa mereka sudah melakukan keadilan," lanjut Presiden Kagame.
Semua sekolah, arena olah raga, klub malam, dan tempat-tempat hiburan lain di Rwanda tutup selama seminggu. Semua orang diperkirakan menggunakan masa itu untuk mereflesikan apa yang terjadi di sana 18 tahun silam.