Rusia mengatakan Perancis mungkin telah melanggar embargo senjata PBB atas Libya dengan mendrop dengan pesawat udara senjata untuk pemberontak yang melawan tentara yang setia kepada pemimpin Libya Moammar Gadhafi awal bulan ini.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari Kamis mengatakan Moscow telah minta Paris agar menjelaskan pengiriman senjata yang didrop dari pesawat itu kepada pemberontak di wilayah Pegunungan Barat Libya. Dia mengatakan jika dikonfirmasi, insiden itu merupakan “pelanggaran terang-terangan” atas resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberlakukan embargo senjata atas Libya bulan Februari lalu.
Duta besar Prancis untuk PBB Gerard Araud hari Rabu mengatakan pengiriman senjata mematuhi resolusi terpisah Dewan Keamanan PBB bulan Maret yang menetapkan zona larangan terbang di atas Libya untuk melindungi warga sipil. Dia mengatakan, senjata Perancis itu dimaksudkan untuk membela warga sipil Libya dari serangan pasukan Gadhafi.
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen hari Kamis mengatakan aliansi itu tidak terlibat dalam pengedropan senjata Perancis tersebut. Perancis adalah bagian misi NATO yang telah melancarkan serangan udara berminggu-minggu ke berbagai fasilitas pemerintah Libya untuk menekan Gadhafi supaya melepaskan kekuasaan.
Pemimpin Libya itu telah menggunakan pasukannya untuk melawan pemberontakan pro-demokrasi yang meletus bulan Februari menentang 42 tahun pemerintahan otokratis Gadhafi.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague hari Kamis mengatakan London mengirimkan pelindung tubuh, seragam polisi dan peralatan komunikasi kepada para pemberontak Libya. Dia mengatakan perlengkapan itu termasuk 5.000 setel pelindung tubuh, 6.650 seragam polisi dan 5.000 rompi visibilitas tinggi.
Hague mengatakan peralatan itu akan membantu oposisi Dewan Transisi Libya untuk "melindungi" wakil-wakil pemberontak dan masyarakat bantuan internasional di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.