Ikhtiar ini, yang dimulai hari Kamis (11/8), dimaksudkan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan dikirimkan kepada warga sipil di sana.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, PBB tidak dihubungi oleh Rusia seputar keputusannya itu. Katanya, jeda selama tiga jam dalam pertempuran tidaklah cukup untuk melaksanakan misi kemanusiaan yang sulit di Aleppo. Katanya, jeda selama 48 jam dibutuhkan agar konvoi ini bisa dilaksanakan dan efektif.
“Kami catat hari ini, kesediaan Federasi Rusia untuk membahas secepatnya dengan PBB bagaimana meningkatkan sesuatu yang dalam opini kami dan coordinator bantuan kami di Damaskus sebagai tidak cukup,” ujar Mistura.
PBB mengatakan, stok makanan dan obat-obatan sangat tipis di Aleppo timur, dimana sekitar 300 ribu orang terputus dari bantuan kemanusiaan sejak awal Juli.
Selain itu, eskalasi pertempuran antara pemerintah dan pemberontak dalam minggu-minggu terakhir telah merusakkan sarana listrik dan air di Aleppo, sehingga dua juta orang tidak punya akses ke air bersih dan listrik.
Dalam menjawab pertanyaan dari VOA, Staffan de Mistura mengatakan, dia tidak bisa meng-konfirmasi laporan bahwa sebuah unsur gas, diduga gas klorin, dijatuhkan di atas Aleppo. Tetapi katanya, banyak bukti insiden ini benar-benar terjadi.
“Kami punya organisasi khusus PBB dan organisasi lain yang menanggapi hal itu. Tetapi seandainya itu benar terjadi, itu merupakan kejahatan perang. Dan ini mengharuskan setiap orang, semua pemimpin dan lainnya untuk menanggapinya segera. Saya rasa penyelidikan masih berlangsung, dan ini adalah kejahatan perang,” tambah Mistura.
Gas klorin yang dicurigai itu menurut laporan berasal dari sebuah bom yang dijatuhkan oleh helikopter pemerintah, menewaskan empat orang dan mencederai banyak lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak. [jm]