Rusia pada hari Minggu (17/11) melancarkan serangan drone dan rudal besar-besaran ke Ukraina, yang digambarkan oleh para pejabat sebagai serangan terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Serangan tersebut menargetkan infrastruktur energi dan warga sipil.
Serangan itu terjadi saat meningkatnya kekhawatiran mengenai niat Rusia menghancurkan kapasitas pembangkit listrik Ukraina menjelang musim dingin.
Beberapa jam setelah serangan besar-besaran Rusia itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk pertama kalinya mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh, yang dipasok AS, oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia, setelah lobi ekstensif yang dilakukan oleh pejabat Ukraina.
Senjata-senjata itu kemungkinan besar akan digunakan sebagai tanggapan terhadap keputusan Korea Utara yang mengirim ribuan tentara untuk mendukung Rusia di wilayah Kursk, yang diserang Ukraina selama musim panas lalu.
Keputusan tersebut merupakan kedua kalinya AS mengizinkan penggunaan senjata Barat ke dalam wilayah Rusia setelah mengizinkan penggunaan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) – atau sistem peluncur roket ganda ringan yang dikembangkan Angkatan Darat AS pada akhir tahun 1990-an dan dipasang pada rangka truk yang menjadi kendaraan taktis menengah militer. Sistem tersebut digunakan untuk membendung kemajuan Rusia di wilayah Kharkiv, di timur laut Ukraina, pada bulan Mei lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy lewat platform X mengatakan secara keseluruhan Rusia telah meluncurkan 120 rudal dan 90 drone dalam serangan skala besar di Ukraina. Berbagai jenis drone dikerahkan, katanya, termasuk Shahed buatan Iran, serta rudal jelajah balistik, dan yang diluncurkan dari pesawat.
Angkatan Udara Ukraina pada Minggu malam melaporkan telah menembak jatuh 144 dari 210 sasaran udara.
Melalui unggahannya, Zelenskyy menyampaikan “terima kasih kepada semua mitra kami yang mendukung kami dengan sistem pertahanan udara dan rudal. Ini adalah upaya yang benar-benar global. Setiap kali Rusia melakukan serangan semacam itu, hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi mitra-mitranya untuk tidak meninggalkan sistem seperti Patriot dan sistem lainnya di gudang, namun memberikannya kepada mereka yang tahu bagaimana melindungi kehidupan dan sangat membutuhkannya.”
Rusia akui lancarkan serangan masif
Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Minggu mengakui telah melakukan serangan rudal dan pesawat tak berawak “massal” terhadap “infrastruktur energi penting” di Ukraina, namun mengklaim bahwa semua fasilitas yang menjadi target terkait dengan industri militer Kyiv.
Pengawas di Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan meskipun pembangkit-pembangkit nuklir Ukraina tidak terkena dampak secara langsung, beberapa gardu listrik yang menjadi tempat bergantungnya pembangkit-pembangkit itu mengalami kerusakan. Hanya dua dari sembilan reaktor operasional Ukraina yang masih menghasilkan listrik dengan kapasitas penuh.
Gubernur Kursk Oblast, Aleksei Smirnow, melaporkan seorang wartawan lokal Rusia tewas pada hari Minggu ketika sebuah drone Ukraina menghantam wilayah Kursk yang diperangi Rusia.
Pasukan Rusia telah berusaha keras selama berbulan-bulan untuk mengusir pasukan Ukraina dari provinsi selatan itu setelah serbuan berani pada bulan Agustus yang merupakan serangan terbesar terhadap Rusia sejak Perang Dunia II. Serangan itu dengan cepat membuat unit-unit militer Ukraina yang terlatih dalam pertempuran merebut wilayah seluas ratusan kilometer per segi. [em/lt]
Forum