Sebuah rumah sakit di Tanzania menggunakan pencetak tiga dimensi - 3D printer - untuk membuat kaki palsu, memperpendek proses yang biasanya berminggu-minggu menjadi hanya beberapa jam. Tim peneliti ingin mengetahui apakah teknologi itu bisa diterapkan dalam skala besar guna memenuhi kebutuhan sekitar 3,5 juta orang yang membutuhkan anggota badan palsu di Tanzania.
Ini hari yang menyenangkan bagi Pendo James. Remaja usia tahun 15 itu berjalan tanpa kruk-nya.
"Berjalan menggunakan kaki palsu, saya bisa melakukan apa saja. Mbagala, tempat tinggal kami, berbukit-bukit sehingga saya bisa jatuh kalau menggunakan kruk, saya akan memar dan mengalami banyak masalah. Jadi, ketika berjalan dengan kaki palsu saya bisa melakukan apa saja, saya sangat senang," ujar James.
Pendo mendapat kaki palsu gratis sebagai bagian dari program percontohan di rumah sakit CCBRT di Dar es Salaam. Rumah sakit itu bermitra dengan Nia Technologies, perusahaan pemula Kanada. Perusahaan itu memasang teknologi tersebut dan melatih teknisi setempat untuk menggunakan piranti lunak itu.
Mudahnya teknologi itu dibawa kemana pun adalah keuntungan besar. Teknisi seperti Ruth bisa pergi ke daerah pedesaan, memindai tunggul pasien, kemudian kembali dan mencetak kaki itu di rumahsakit. Kalau sudah siap, mereka menyerahkan kaki palsu itu kepada pasien. Tetapi ini hanya proyek percontohan dan beberapa hal teknis perlu dibereskan.
"Tantangan lain adalah listrik. Kalau sedang mencetak dan listrik padam, kita harus memulai dari awal lagi. Tetapi kami sedang mengupayakan perlengkapan yang lebih baik untuk memastikan pekerjaan kami tidak terhenti jika listrik padam," kata Ruth.
Pendo James senang bisa berjalan dan bermain dengan teman-temannya. Nia Technologies telah melakukan kajian pencetakan 3-D yang sama di Uganda dan Kamboja. [ka/ds]