Kunjungan rombongan itu diadakan setelah dua orang ulama atau rabbi Yahudi yang berbasis di Amerika mengatakan bahwa Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa berpendapat bahwa pemboikotan Israel yang sudah lama oleh negara-negara Arab seharusnya diakhiri.
Sekalipun para pengurus kunjungan itu telah berkali-kali menyebut kunjungan mereka sebagai non-politis, waktu kunjungan itu diadakan sementara Bahrain semakin kelihatan sebagai contoh bagi negara-negara Arab Teluk lain untuk melihat apa yang dapat terjadi kalau mereka mengakui Israel.
Rombongan 30 orang dari Bahrain itu yang terdiri dari, antara lain, penganut Buddha, Kristen, Hindu, Yahudi dan Muslim, terbang ke Israel untuk menghadiri acara pertemuan lintas-agama. Mereka berencana mengunjungi universitas-universitas dan berbicara dengan para pejabat disana mengenai topik-topik yang menjadi minat bersama, kata Rabbi Abraham Cooper dari Simon Wiesenthal Center yang berbasis di Los Angeles.
Raja Hamad menjamu Cooper dan seorang rabbi lain bulan Februari dari Simon Wiesenthal Center. Bulan September, putra Raja Hamad, Pangeran Nasser bin Hamad Al Khalifa, pergi ke pusat tersebut untuk mempromosikan deklarasi toleransi beragama yang ditandatangani raja tersebut. [gp]