Robot berbentuk becak mini ini, berhasil menjadi juara pertama dalam kategori Energy Saving Robot, yaitu robot ramah lingkungan dengan sumber energi tenaga surya. Melalui ciptaannya tersebut, para siswa berharap becak yang merupakan kendaraan umum khas Indonesia tidak punah, dan para pengemudi becak tidak harus menggoes lagi becak mereka, namun cukup menginjak pedal gas dengan tenaga sinar matahari. Sehingga becak tetap menjadi kendaraan umum yang ramah lingkungan namun lebih efisien.
Kategori Energy Saving Robot menantang para peserta untuk membuat robot yang sanggup bergerak tanpa tenaga baterai, melainkan dari cahaya lampu sebagai pengganti sinar matahari. Kategori ini termasuk kategori lomba yang sulit, sehingga tidak semua negara peserta ikut.
Robot berbentuk becak mini dengan motif batik buatan siswa SMP Negeri 7 Bandung sanggup menempuh jarak satu meter dalam waktu satu menit, sesuai dengan waktu yang disediakan panitia lomba. Setiap satu sampai tiga detik, robot tersebut berhenti untuk mengisi tenaga cahaya, kemudian maju 10 sentimeter perdetik.
Salah satu siswa tim perakit robot SMP Negeri 7 Bandung, Azman Syah Barran mengatakan, timnya hanya membutuhkan waktu tiga jam untuk merakit robot tersebut. Namun, proses belajar merakit butuh waktu hingga tiga bulan lamanya. Azman menjelaskan, “Awalnya sih belajar robot dari sekolah, ekskul (ekstrakurikuler), dari awal tahap dari nol, sampai seratus persen bisa bikin gini”.
Azman menambahkan, robotnya sengaja dibuat berbentuk becak, karena merupakan ciri khas Indonesia. Ia pun berharap, di masa depan para pengemudi becak tidak perlu lagi menggoes becak mereka, namun hanya cukup menginjak pedal gas dengan energi dari tenaga matahari.
“Jadi biar menunjukkan kepada orang Indonesia bahwa ciri khas Indonesia itu becak. Jadi enggak usah ngegoes lagi, jadi tinggal pakai (pedal) gas gitu,” ujar Azman.
Energy Saving Robot dan Indonesiana merupakan kategori baru pada Olimpiade Robot Internasional 2011 kemarin. Kategori tersebut menantang peserta untuk membuat robot tanpa tenaga baterai, sekaligus membuat robot yang berciri khas Indonesia. Salah satu pembimbing tim robotik SMP Negeri 7 Bandung, Rahmat Nurcayadin mengungkapkan, secara teknis, robot buatan anak didiknya tergolong sangat efisien.
Selain bobotnya ringan, yaitu 120 hingga 180 gram, komponen yang digunakan pun sudah paling tepat dan menggunakan teknologi tinggi. Sehingga robot tersebut bisa berjalan maksimal dengan kecepatan satu meter perdetik di bawah sinar matahari. Sedangkan jika di bawah sinar lampu 2000 watt, kecepatannya bisa mencapai satu meter permenit. Kecepatan tersebut sudah merupakan kecepatan tertinggi.
“Secara teknis, robot kami ini sangat efisien sekali. Robot ini bisa berjalan dengan maksimal, kecepatannya kalau di bawah matahari bisa mencapai satu meter perdetik. Kalau di bawah lampu yang 2000 watt kecepatannya bisa mencapai satu meter permenit. Itu sudah kecepatan tertinggi,” papar Rahmat Nurcayadin.
Olimpiade Robot Internasional diselenggarakan oleh International Robot Commitee. Ajang tersebut pertama kali berlangsung di Korea Selatan pada 1999. Tuan rumah acara tahunan itu bergantian di sejumlah kota di Korea Selatan, Tiongkok, Hong Kong, Australia, dan Malaysia. Tahun 2011 kemarin, Indonesia menjadi tuan rumah acara tersebut, di kota Jakarta. Olimpiade Robot Internasional melombakan 14 kategori. Jumlah peserta lomba itu mencapai seribu orang, dari 13 negara, seperti Malaysia, Korea Selatan, Tiongkok, Australia, dan Amerika Serikat.