Air laut masuk ke kawasan industri dan pemukiman di sisi utara Kota Semarang, Jawa Tengah mulai Senin tengah hari. Tanggul yang dibangun untuk menahan naiknya permukaan air laut, kali ini tak kuasa bertahan. Banjir menggenangi kawasan industri pada ketinggian beragam, dengan genangan sedalam hingga 110 cm di sejumlah titik.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjamin pemerintah mencari jalan keluar jangka panjang. Tetapi di sisi lain mengakui, ada masalah terkait kebijakan, khususnya aturan penggunaan air tanah di kawasan industri.
“Di Pekalongan tanggul lautnya masih jalan, yang di sini tol Semarang-Demak itu juga kita coba untuk menghalau itu. Memang musti ada regulasi yang cukup ketat di area coastal inii. Kalau bangunannya masih mengambil air tanah cukup tinggi ya kita akan mengalami ini terus,” kata Ganjar, di sela kunjungan ke wilayah terdampak rob, Selasa (24/5).
Kepada sejumlah pihak, Ganjar meminta perbaikan dilakukan secepatnya karena diprediksi air laut masih akan terus tinggi. Selain itu, sistem peringatan dini juga harus disediakan agar masyarakat mengetahui sebelum air datang.
"Kita minta dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai), BPSDA (Balai Pengelola Sumber Daya Air, red) Provinsi, dan Kota Semarang, kalau ada sistem instrumen untuk kita memantau, mengetahui titik-titik yang kemarin bocor. Apakah karena jebol atau karena limpasan. Sehingga masyarakat kita kasih early warning atau peringatan dini dengan harapan masyarakat siaga,” tambahnya.
Safrudin dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyebut, air rob menggenangi kawasan industri dan pemukiman. Tidak hanya di Semarang, air laut naik di sepanjang Pantura, Jawa Tengah.
“Selain di Semarang, pasang ini juga ada di Pemalang, kota Tegal, Pekalongan, Pati, hingga Batang,” kata Safrudin.
Sementara Dinas Sosial Jawa Tengah mencatat, sebanyak 22 ribu warga terdampak bencana ini. "Banyak warga terdampak. Di Demak 10 ribu, Kota Semarang 12 ribu orang,” ujar Kepala Dinas Sosial Jateng Harso Susilo.
Dampak Kebijakan Keliru
Jawa Tengah bagian utama memang mengalami cuaca ekstrem beberapa hari terakhir, ditambah posisi bulan purnama yang turut menaikkan tinggi air laut. Namun, menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, cuaca bukan penyebab yang dominan. Justru kebijakan pemerintah daerah, yang mengeksploitasi alam demi industrialisasi, adalah akar masalah sejak lama.
Iqbal Alma dari Walhi Jawa Tengah kepada VOA mengatakan, rusaknya bakau (mangrove) di pesisir utara berperan penting melahirkan kondisi ini.
“Alih fungsi besar-besaran kawasan mangrove untuk kawasan industri, jadi satu persoalan penting di pesisir utara Jawa Tengah. Padahal sebagian besar kawasan mangrove di pesisir utara kondisinya kritis,” kata Iqbal, Selasa (25/5).
Di sisi lain, Pemda Jawa Tengah sudah memiliki peraturan daerah terkait kawasan esensial dan wilayah mangrove yang kritis. Gempuran relokasi dan pembangunan kawasan industri di tepi laut, kata Iqbal, sangat kontradiktif dengan keberadaan Perda itu sendiri.
Iqbal juga mengkritik pola pencegahan rob, dengan membangun tol di atas laut, yang juga berperan sebagai dinding penahan air.
“Logika umum yang bisa kita pakai, seberapa besar tol laut ini bisa menyelesaikan masalah rob? Apalagi kalau kita bicara eco region, tol ini dibangun dari Semarang ke Demak, bisa diprediksi wilayah yang terlindungi. Pada akhirnya, daerah di sampingnya akan terkena dampak, akan semakin tenggelam,” kata Iqbal.
Logika sederhana, lanjut Iqbal, air selalu menjadi jalur untuk menuju ke wilayah yang lebih rendah. Jika Semarang hingga Demak dilindungi tol laut, maka kabupaten sekitar, seperti Kendal, Batang, hingga Jepara yang akan dituju oleh rob.“Tanggul laut ini tidak menyelesaikan masalah rob, tetapi memindah masalah rob,” tegas Iqbal.
Walhi mengingatkan, bencana lahir dari proses panjang eksploitasi manusia terhadap lingkungannya. Rob terjadi setiap tahun, namun pembangunan industri di wilayah pesisir terus dilakukan. Di pesisir Jawa Tengah terdapat beberapa kawasan industri baru maupun perluasan seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Terpadu Batang, Jatengland Industrial Park Sayung, dan Kawasan Industri Wijayakusuma. [ns/ab]