Orang-orang yang berkabung berkumpul di lapangan berdebu di luar pertambangan Lonmin yang dijuluki “ladang pembantaian Afrika Selatan”.
Mereka berada di sana untuk mengenang teman, kerabat, dan rekan sekerja yang ditembak mati oleh polisi tanggal 16 Agustus.
Pemimpin gereja setempat Daniel Modisenyane menghadiri misa hari Kamis dan mengatakan suasananya sedih, tetapi tenang. Ia memperkirakan sekitar 6.000 orang hadir.
Modisenyane mengatakan masyarakat di sana akan berupaya kuat mengatasi kesedihan akibat meninggalnya orang-orang yang dicintai.
“Tidak mungkin bagi mereka melupakan ini karena insiden ini menarik perhatian dunia, karena mereka sangat terpukul. Kami tidak tahu bagaimana menghibur mereka. Mereka begitu sedih dan trauma,” ujarnya.
Para pekerja di pertambangan itu mogok menuntut upah yang lebih tinggi awal bulan ini. Ketegangan meningkat dan mencapai puncaknya pada kerusuhan yang mengakibatkan insiden Kamis lalu. Keseluruhan, 44 orang, termasuk dua polisi, tewas seketika dlam kekerasan selama seminggu.
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyatakan pekan berkabung nasional. Bendera setengah tiang dikibarkan di seluruh negeri. Pemerintah juga memerintahkan dilakukan penyelidikan.
Lonmin mengeluarkan pesan kepada para pekerja tambang yang mogok hari Senin: kembali kerja, atau dipecat. Mereka kemudian melunakkan sikap, memperpanjang tenggat waktu dan meminta para pemimpin agama mengawasi pembicaraan dengan para pekerja tambang yang mogok.
Lonmin mengatakan hari Kamis, pihaknya akan mengizinkan semua pekerjanya yang berjumlah 28.000 orang menghadiri misa itu.
Perusahaan itu juga mengatakan akan melakukan hening cipta semenit Kamis pagi dan telah membuka rekening bank untuk membantu keluarga yang tewas.
Pimpinan Lonmin Roger Phillimore mengatakan, insiden penembakan itu “ tidak diragukan merupakan kehilangan yang paling menyedihkan dalam sejarah perusahaan itu.” Ia mengatakan pimpinan perusahaan berkabung dan menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga yang tewas.
Pertambangan merupakan salah satu industri terbesar Afrika Selatan. Kejadian di pertambangan itu berdampak secara internasional dan mempengaruhi harga platina dunia serta harga saham Lonmin.
Kejadian juga menggocang Afrika Selatan yang mengatakan citra kekerasan polisi yang menembak para demonstran mengingatkan mereka pada masa apartheid.
Modisenyane berharap misa hari Kamis akan mendorong rekonsiliasi. Ia mengatakan akan meminta warga agar memaafkan.
“Ini sangat penting karena insiden ini akan menyebabkan mereka merasakan kepahitan dan menyebabkan stres, ini bisa menyebabkan mereka bunuh diri. Jadi mereka harus memaafkan. Karena yang bisa menghibur mereka hanyalah Tuhan, tidak ada yang lain,” ujarnya lagi.
Perundingan tentang upah terus berlangsung antara perusahaan tambang dan para pekerja yang mogok.
Mereka berada di sana untuk mengenang teman, kerabat, dan rekan sekerja yang ditembak mati oleh polisi tanggal 16 Agustus.
Pemimpin gereja setempat Daniel Modisenyane menghadiri misa hari Kamis dan mengatakan suasananya sedih, tetapi tenang. Ia memperkirakan sekitar 6.000 orang hadir.
Modisenyane mengatakan masyarakat di sana akan berupaya kuat mengatasi kesedihan akibat meninggalnya orang-orang yang dicintai.
“Tidak mungkin bagi mereka melupakan ini karena insiden ini menarik perhatian dunia, karena mereka sangat terpukul. Kami tidak tahu bagaimana menghibur mereka. Mereka begitu sedih dan trauma,” ujarnya.
Para pekerja di pertambangan itu mogok menuntut upah yang lebih tinggi awal bulan ini. Ketegangan meningkat dan mencapai puncaknya pada kerusuhan yang mengakibatkan insiden Kamis lalu. Keseluruhan, 44 orang, termasuk dua polisi, tewas seketika dlam kekerasan selama seminggu.
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyatakan pekan berkabung nasional. Bendera setengah tiang dikibarkan di seluruh negeri. Pemerintah juga memerintahkan dilakukan penyelidikan.
Lonmin mengeluarkan pesan kepada para pekerja tambang yang mogok hari Senin: kembali kerja, atau dipecat. Mereka kemudian melunakkan sikap, memperpanjang tenggat waktu dan meminta para pemimpin agama mengawasi pembicaraan dengan para pekerja tambang yang mogok.
Lonmin mengatakan hari Kamis, pihaknya akan mengizinkan semua pekerjanya yang berjumlah 28.000 orang menghadiri misa itu.
Perusahaan itu juga mengatakan akan melakukan hening cipta semenit Kamis pagi dan telah membuka rekening bank untuk membantu keluarga yang tewas.
Pimpinan Lonmin Roger Phillimore mengatakan, insiden penembakan itu “ tidak diragukan merupakan kehilangan yang paling menyedihkan dalam sejarah perusahaan itu.” Ia mengatakan pimpinan perusahaan berkabung dan menyampaikan belasungkawa kepada para keluarga yang tewas.
Pertambangan merupakan salah satu industri terbesar Afrika Selatan. Kejadian di pertambangan itu berdampak secara internasional dan mempengaruhi harga platina dunia serta harga saham Lonmin.
Kejadian juga menggocang Afrika Selatan yang mengatakan citra kekerasan polisi yang menembak para demonstran mengingatkan mereka pada masa apartheid.
Modisenyane berharap misa hari Kamis akan mendorong rekonsiliasi. Ia mengatakan akan meminta warga agar memaafkan.
“Ini sangat penting karena insiden ini akan menyebabkan mereka merasakan kepahitan dan menyebabkan stres, ini bisa menyebabkan mereka bunuh diri. Jadi mereka harus memaafkan. Karena yang bisa menghibur mereka hanyalah Tuhan, tidak ada yang lain,” ujarnya lagi.
Perundingan tentang upah terus berlangsung antara perusahaan tambang dan para pekerja yang mogok.