Tautan-tautan Akses

Respons Tanggap Darurat Kesehatan Lindungi Populasi Rentan


Seorang anak pengungsi Rohingya sedang menerima vaksinasi oral kolera yang dibagikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan bantuan relawan dan LSM setempat, di Cox's Bazar, Bangladesh, 11 Oktober 2017. (Foto: Reuters)
Seorang anak pengungsi Rohingya sedang menerima vaksinasi oral kolera yang dibagikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan bantuan relawan dan LSM setempat, di Cox's Bazar, Bangladesh, 11 Oktober 2017. (Foto: Reuters)

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan penyelidikan mengenai ancaman kesehatan dan aksi cepat tanggap oleh WHO dan mitra-mitra atas keadaan darurat global, telah melindungi jutaan orang yang paling rentan dari berbagai penyakit dan kematian pada 2019 lalu.

Pada 2019, WHO dan mitra-mitranya merespons 51 keadaan darurat kesehatan di lebih dari 40 negara dan wilayah, dan menyelidiki 440 ancaman kesehatan di 138 negara dan wilayah.

Setelah berbagai berita mengenai keadaan darurat itu surut, upaya membantu para korban akibat bencana alam maupun peristiwa akibat perbuatan manusia terus berlanjut.

Direktur Eksekutif Program Darurat WHO Michael Ryan mengatakan upaya menjalankan sistem kesehatan yang rentan di tengah konflik dan darurat kesehatan lain tidak pernah berhenti.

"Di Bangladesh, kami bekerja sama dengan mitra-mitra untuk memenuhi kebutuhan hampir satu juta pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp penuh sesak di Cox's Bazar. Tingkat kematian dalam populasi yang sangat rentan ini berada pada tingkat rendah. Tingkat kematiannya tetap berada di bawah tingkat yang umum dalam situasi ini... Dan itu terjadi berkat kerja keras banyak orang," kata Ryan.

Anak-anak di Kepulauan Samoa mengenakan masker dan menunggu giliran vaksinasi di sebuah puskesmas di Apia, Samoa.
Anak-anak di Kepulauan Samoa mengenakan masker dan menunggu giliran vaksinasi di sebuah puskesmas di Apia, Samoa.

Ryan mengatakan WHO dan mitra-mitra telah memberi layanan kesehatan kepada lebih dari 10 juta orang di Yaman. Dia mengatakan lebih dari 100.000 orang menjalani rawat inap di rumah sakit karena malnutrisi akut.

"Di Uganda, penularan Ebola berhasil dicegah setelah kasus-kasus tersebar dari Kongo dalam dua peristiwa terpisah. Dan, negara-negara di sekitarnya juga mempersiapkan diri menghadapi wabah. Uganda, didukung masyarakat internasional, menghabiskan AS$18 juta untuk mempersiapkan diri dan menghentikan Ebola dua kali," ujarnya.

WHO memperkirakan lebih dari AS$ 1 miliar akan dihabiskan untuk memberantas virus Ebola yang mematikan, yang telah tersebar di Republik Demokratik Kongo sejak Agustus 2018. Jumlah kasus yang dilaporkan adalah 3.366, termasuk 2.227 kematian.

Situasi darurat kesehatan lain yang telah direspons oleh WHO dalam setahun belakangan termasuk siklon di Mozambik, darurat konflik di Suriah dan Sudan Selatan, banjir di Iran, gempa bumi di Albania, dan wabah campak mematikan di pulau Samoa di Pasifik. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG