Komisi pemilihan Kenya menyatakan sekitar 6,5 juta orang, atau sepertiga dari pemilih terdaftar, memberikan suara di TPS-TPS, Kamis (27/10) dalam pemilihan presiden kedua pada tahun 2017.
Di sejumlah TPS terjadi kekerasan dan protes oleh oposisi. Sedikitnya dua orang ditembak mati dalam bentrokan antara polisi dan demonstran.
Ini adalah upaya kedua presiden petahana, Uhuru Kenyatta, untuk terpilih kembali. Mahkamah Agung Kenya menganulir kemenangannya dalam pemilu 8 Agustus lalu, dengan menyatakan “penyimpangan dan ketidakabsahan” dalam pengiriman hasilnya. Partisipasi pemilih pada Agustus lalu hampir 80 persen dari pemilih terdaftar.
Pemimpin oposisi Raila Odinga menarik pencalonan dirinya awal bulan ini, dengan mengatakan komisi pemilihan nasional tidak membuat perbaikan dalam proses pemungutan suara. Odinga mendesak para pendukungnya agar memboikot pemilu, suatu langkah yang tampaknya mereka junjung, yang memastikan kemenangan Kenyatta.
Odinga mengeluarkan pernyataan pada malam menjelang pemilu, yang menyatakan bahwa koalisi National Super Alliance (NASA) pimpinannya akan berubah menjadi suatu gerakan perlawanan.
Sementara sebagian besar TPS tenang, beberapa lainnya tidak demikian.
Ketua komisi pemilihan Kenya, Wafula Chebukati, menyatakan TPS-TPS yang tidak buka karena alasan keamanan akan mengundurkan pemilihan menjadi hari Sabtu. [uh/lt]