Bicaranya ceplas-ceplos. Tidak kelihatan gugup di wajahnya meski baru pertama kali ke Jakarta dan berhadapan dengan para pejabat. Omongannya lancar dan teratur.
Sepanjang Kamis (11/10), Maria Rosalinda Lengari, 15 tahun, berperan menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang tengah berada di Bali menghadiri pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF (Dana Moneter Internasional).
Pengganti Luhut hari itu merupakan siswa kelas III Sekolah Menengah Pertama di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Maria - biasa disapa Osin - adalah salah satu pemenang dalam kompetisi kepemimpinan digelar yang oleh Yayasan Plan Internasional Indonesia. Perlombaan diikuti anak dari beragam daerah di Indonesia ini dilangsungkan setiap 11 Oktober, untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional.
Dalam jumpa pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Osin bercerita dirinya terpilih sebagai pemenang barsama sebelas anak perempuan lainnya. Selain Osin, ada lima pemenang lainnya yang memilih menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.
Osin menyatakan dirinya memiliki pesan khusus bagi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Kenapa Osin ingin menjadi Menteri Kemaritiman? Dia beralasan karena kampung halamannya di Pulau Lembata memiliki banyak potensi wisata. Salah satu acara tahunan yang tersohor di kalangan pelancong asing dan domestik adalah perburuan ikan Paus.
Kalau nanti menjadi benaran, Osin akan memfokuskan pada pembangunan infrastruktur dan transportasi. Sebab dia berkaca pada kondisi kampung halamannya di Lembata.
"Di daerah kami, jalanannya masih belum terlalu bagus. Nggak aspal, hanya tanah. Di situ biasa kendaraan lalu-lalang jadi menimbulkan debu yang bisa mengganggu kesehatan juga. Kalau kami ke sekolah, kadang sesak napas gara-gara terlalu banyak menghirup debu," ujar Osin.
Selain itu, lanjut Osin, jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar tiga kilometer. Dia mesti bangun pukul empat subuh karena harus berjalan kaki menuju sekolah. Alhasil, dia kadang tidak dapat belajar dengan baik sebab sudah kecapekan.
Layaknya Luhut, gadis yang bercita-cita menjadi pilot tersebut berangkat pagi dari rumah dinas di kompleks Widaya Chandra. Osin menuju kantornya di Kementerian koordinator Bidang Kemaritiman menggunakan mobil dinas menteri bersama sopir dan seorang ajudan.
Setibanya di kantor, Osin diajak berkeliling dan melihat suasana kerja anak buahnya. Dia juga memimpin rapat empat kementerian yang berada di bawah naungannya. Namun yang hadir kebanyakan pejabat eselon tiga.
Sepulangnya nanti ke Lembata, Osin akan bercerita kepada keluarga dan teman-temannya bahwa menjadi menteri itu tidak gampang dan penuh kesibukan. Osin mengakui di daerahnya masih banyak pekerja anak karena mereka tidak bersekolah. Sebab orang-orang tua mereka banyak yang bekerja ke luar negeri, seperti Malaysia. Dan anak-anak mereka dititipkan ke kakek dan nenek mereka.
"Anak-anak yang tinggal sama nenek dan kakek mereka itu, mereka nggak sekolah. Karena membiayai kebutuhan hidup mereka aja susah, apalagi untuk membiayai sekolah mereka. Jadi mereka mutusin untuk kerja. Kerjanya itu biasa pergi mancing, kemudian dapat ikan, jual," tutur Osin.
Ketua Yayasan Plan Internasional Indonesia James Ballo menjelaskan sejak 2006 pihaknya memiliki kampanye bertema Because I Am A Girl. Kampanye ini bertujuan memperjuangkan hak-hak anak perempuan agar mereka bisa menikmati hak-haknya secara setara.
Menurut James, kampanye itu bergulir hingga 2011 dan disampaikan dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setahun kemudian PBB menetapkan 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional.
Selama tiga tahun belakangan, lanjut James, Plan membikin kegiatan Girl's Take Over berlangsung di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dia mengatakan dua tahun lalu, Plan Internasional menggelar Gril's Take Over bertema Pencegahan Perkawinan dan Pekerja Anak. Tema serupa juga dipakai tahun lalu.
Dangkan tema Girl's Take Over tahun ini adalah keamanan kota. James menambahkan sebuah hasil studi melibatkan 1.380 anak perempuan menunjukkan banyak kota di Indonesia belum aman bagi anak perempuan.
"Banyak yang mengatakan transportasi kita belum aman. Banyak yang masih mengeluhkan tentang trotoar. Kemudian penerangan di jalan dan juga masih adanya kekerasan seksual yang terjadi di kota di tempat di mana mereka tinggal. Hal yang paling sederhana misalnya disiulin. Itu dianggap sebagai bentuk pelecehan seksual terhadap anak-anak perempuan," kata James.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Agus Purwoto mengaku amat senang dengan program tersebut. Dia menambahkan Luhut ingin mengenalkan, sejak merdeka, Indonesia baru pertama kali memiliki Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Agus menekankan Luhut Pandjaitan sudah biasa berdiskusi dengan generasi milenail. Alasan itulah yang membuat Luhut mengizinkan Osin boleh menjadi menteri menggantikan dirinya untuk sehari saja.
"Ketika mendengar akan ada Girl's Take Over ini tadi, beliau menyambut. Saya yakin beliau akan kaget benar ketia melihat yang bersangkutan (osin) baru kelas 9. Saya yakin Pak Luhut akan terkejut sekali," pungkasnya. [fw/is]